“Syutt….ini bukan berondong biasa, kalian jangan bicara sampai datang di lokasi, biar Aku sendiri yang nganterin dia pulang,” celetuknya sambil duduk di dekatku.
“Ceille,,,mentang-mentang. Kenalan aja masa g’ boleh,” sindir temannya yang lain.
“Besok kapan-kapan dah, Kita ikuti perintah Bos dulu, ayoo jalan,”tegas Cewek itu.
Kami terdiam, dari Narmada sampai mobil masuk lagi di sebuah rumah mewah di Kota Mataram. Mereka bertiga keluar. Drivernya diganti langsung oleh cewek itu. Makin penasaran, siapa mereka, tapi belum waktunya untuk bertanya.
Kami berjalan melaju kearah Lombok Timur. Tak ada yang saling sapa. Pristiwa di Rumah Narmada itu masih membekas. Kaku menghinggapi kami, sampai akhirnya Aku yang menyapa duluan dan secara bersamaan ternyata Dia juga ingin menyapa. Kami saling tatap, saling melempar senyum.
“Oya sampai saat ini, kita belum saling tau nama ya?” ujarku memahami kondisinya.
“Enggak, Aku sudah kenal kamu,”
“Berarti g’ adil dong, kalau gitu nama kamu Siapa?
“Fitri, tapi Aku g’ suci,” cetusnya.
“Kok bilang gitu,?
Ia terdiam. Air matanya kembali keluar. Dia tidak terlihat konsentrasi menyetir Mobilnya. Akupun menyuruhnya berhenti dan memintanya untuk menangis sepuasnya.