“Cowok kok cengeng, ayo ikut kami sudah saya izinkan sama pak kepala dan bu guru BK-nya.
“Kemana bu?
“Ikut saja” jawab Ibunya Sachiko.
“Ya bu, ambil tas dulu, sekalian titip motor buntut sama teman, saya juga mau menghibur diri ini bu,ujarku seolah kenal lama.
Saya ikut naik di Mobil Ibunya Sachiko. Di dalam Mobil ibunya banyak bercerita tentang keluarganya. Sehingga saya tidak bertanya mengapa Bapaknya Sachiko tak ikut datang. Saya diam saja sambil sesekali menatap dan mengiyakannya.
Ibunya Sachiko yang mengaku bernama Bu Laju itu bercerita bahwa cintanya dengan Bapaknya Sachiko adalah cinta pelarian karena sebuah kecelakaan di masalalu. Nama Laju-pun katanya adalah nama yang bersejarah. Tapi enggan dia bercerita saat itu.
Aku terkejut karena arah mobilnya terus saja melaju spertinya melewati Lombok Timur dan kini kami berada di perbatasan kabupaten. Jenggik, nama desa itu.
“Kita mau kemana bu,” tanyaku memberanikan diri memotong cerita Bu Laju.
“Udah iku saja. Kita mau ke Rumah di Mataram. Rumah rahasia Ibu yang tidak diketahui sama bapaknya liandra,”
“Oh ya bu, kalau saya g’ panggil anak Ibu Liandra, maaf ya Bu?