Mohon tunggu...
Emy Srie
Emy Srie Mohon Tunggu... Guru - Blogger

Paling senang dengan kegiatan membaca & menulis. Karena dengan menulis bisa menembus jutaan kepala manusia. Lebih ampuh dan bermakna daripada sekadar berbicara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Sosial Emosional

6 Juli 2024   12:32 Diperbarui: 6 Juli 2024   12:35 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan waktu yang mepet atau tidak ada 24 jam, kami harus menyelesaikan tugas ruang kolaborasi berupa presentasi di hari berikutnya, tepatnya 27 Juni untuk tatap maya pertama sedangkan untuk tatap maya kedua sesi presentasi di tanggal 28 Juni. 

Awalnya kami merasa kesulitan dengan waktu yang tidak ada 24 jam ini, namun seiring berjalannya waktu, kami sudah terbiasa dan bisa menebak bagaimana dan kemana arah alur pembelajaran setelah tatap maya ini. 

Jadi, kami sudah mempersiapkan template presentasi yang akan digunakan dan saat sudah berkumpul menjadi kelompok-kelompok kecil, kami bisa langsung mengeksekusi tugas yang diberikan. Sehingga pada keesokan harinya, kami sudah siap presentasi.


Jika ditanya bagaimana perasaan saya saat mengerjakan modul ini, sebenarnya agak malas untuk menceritakan. Tapi, bagaimana lagi, kan harus diceritakan. Rasanya nano-nano seperti permen saat saya masih kecil dulu, ada manis, asem, asin, rame rasanya, deh. 

Bagaimana tidak nano-nano, saya harus membuka memori kembali yang sebenarnya sampai hari ini saya enggan menuliskannya kembali, karena dengan menuskannya kembali seolah membuka luka lama yang berusaha saya tutup sendiri. Eh, malah diminta menuliskan. Ya sudahlah, akhirnya dengan berat hati menuliskannya. Yang pasti butuh waktu, untuk saya menuliskan peristiwa tersebut. 

Saya, yang biasanya dalam sekali duduk bisa menuliskan peristiwa atau kejadian orang lain. Nah, malah menuliskan peristiwa saya sendiri, malah butuh waktu beberapa kali duduk. Akhirnya, saya bilang ke diri saya sendiri, semoga apa yang saya alami tidak dialami oleh orang lain, cukup saya saja dan orang lain bisa belajar dan mengambil hikmah dari peristiwa yang saya alami.


Selain ke diri sendiri, saya juga ada sedikit kekhawatiran terhadap murid saya di kelas. Kekhawatiran saya adalah setelah mempelajari modul ini, saya masih belum bisa memahami perasaan mereka saat di sekolah maupun pembelajaran. 

Akan tetapi saya bertekad setelah mempelajari modul ini, saya akan terus dan tetap akan belajar. Bukankah seseorang disebut sebagai guru jika dia tidak pernag berhenti belajar hingga maut menjemputnya. Karena sejatinya adalah Semua Murid. Semua Guru. Karena murid kita adalah guru kita juga. Bagaimana kita bisa memahami perasaan mereka, jika kita tidak bisa masuk ke dunia mereka.


Dari modul 2.2 tentang pembelajaran sosial emosional banyak sekali ilmu baru yang bisa saya dapatkan. Dari modul ini saya mendapatkan pelajaran bahwa mengenali emosi diri sebelum melakukan setiap tindakan itu harus agar tindaan tersebut tidak berdampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Selain mengenali emosi diri, kita juga dituntut untuk mampu mengelola emosi tersebut agar kita kembali ke keadaan semula yaitu dalam keadaan yang bahagia. 

Selain itu, banyak lagi ilmu yang saya dapatkan di modul ini seperti kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Semua materi tersebut menginginkan terciptanya hubungan yang baik dan positif dengan sesama rekan kerja, dengan murid maupun dengan masyarakat di sekitar kita.


Kompetensi sosial emosional ini juga dapat diterapkan di kelas maupun di sekolah. Penerapan PSE di kelas bisa dilakukan dengan pembelajaran secara eksplisit maupun terintegrasi dalam proses belajar guru dan kurikulum akademik. Juga dapat dilakukan dengan membentuk iklim kelas dan budaya sekolah serta dengan melakukan penguatan pada tenaga pendidik maupun kepedidikan. Adapun tujuan utama PSE itu sendiri adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun