Marah, bahagia, sedih merupakan salah satu wujud dari naluri yang Allah anugerahkan pada manusia. Semua manusia punya naluri untuk marah. Marah bukanlah suatu kesalahan karena semua pasti pernah marah, sedih, dongkol ketika hati terdalamnya tergores oleh perkataan atau sikap tajam seseorang.Â
Itu lumrah dan manusiawi. Manusia tempanya salah dan lupa. Emosi marah adalah emosi yang normal dan biasa kita rasakan dalam kehidupan. Dan ini dialami baik oleh anak anak maupun orang dewasa.Â
Hanya saja, emosi marah yang tidak terkendali sangat sering menjadi masalah didalam keseharian dan ini sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, baik secara mental, fisik, maupun hubungan sosial.Â
Terkadang kita seringkali diuji oleh berbagai peristiwa bahkan oleh orang-orang terdekat. Meskipun demikian, kita tidak bisa melampiaskan rasa marah dengan cara semaunya, karena Allah melalui Rasul-Nya telah memberi tuntunan bagi kita dalam menyalurkan rasa marah ini yang tentunya bisa mendapat balasan pahala atau dosa.Â
Tidak ada seorang pun berencana untuk marah marah dipagi hari misalnya, marah tidak bisa direncanakan sebab hampir semua kemarahan terjadi diluar rencana. Terus kalau memang tidak pernah mengagendakan marah untuk apa kita marah marah?Â
Lebih baik menahan amarah daripada kita menyesel di kemudian hari, karena setiap emosi berupa kemarahan yang dilampiaskan dengan tidak terkendali pasti akan membawa konsekuensi buruk. Bukankah emosi yang tidak terkendali sering menuntun pada tragedi.Â
Untuk melatih hati juga bukan hal yang mudah jika dilakukan. Ada banyak orang yang tidak bisa menahan dorongan emosinya lalu melakukan hal-hal yang justru merugikan diri mereka sendiri bahkan mendatangkan penyesalan berkepanjangan.Â
Efek negatif dari mengumbar marah adalah hilangnya ketenangan dalam jiwa, dengan sahabat akan menjadi retak dan jauh, kesehatan pun akan terganggu. Konon katanya orang yang suka marah marah cept tua dan cepat punya penyakit darah tinggi.Â
Bagaimana mengelola marah agar berbuah pahala? Kendalikan marah, hanya kita yang bisa mengendalikan kemarahan dalam diri kita, jangan ijinkan amarah menjadi tuan dalam diri kita, jangan mau tunduk pada emosi, karena emosi bisa membahayakan kita sendiri.Â
Tinggalkan amarah karena amarah tidak membawa kebahagiaan. Segera beristighfar ketika amarah merahai jiwa, atau ketika emosi memuncak duduklah sebentar tahan nafas lalu keluarkan dari mulut, dan segera ambil wudhu InsyaAllah dengan melakukan ini kita bisa mengendalikan emosi yang membuncah.Â
Hanya karena emosi berapa banyak ucapan dan tindakan yang malah akhirnya menyakiti kita sendiri, mendatangkan penyesalan dan kesedihan dalam hati sendiri? Mari belajar mengendalikan diri, belajar sabar, memahami, memaklumi juga memaafkan, agar hidup kita menjadi tenang dan damai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H