Mohon tunggu...
Emu Muslihat Sumawiguna
Emu Muslihat Sumawiguna Mohon Tunggu... Guru - Guru mata Pelajaran IPA SMP Negeri 4 Warungkiara

membaca, traveling menjadi hobi saya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Visi, Membutuhkan Usaha Nyata yang Tak Mudah, Sebuah Pengalaman Singkat di Kelas

10 Juli 2023   05:16 Diperbarui: 16 Juli 2023   21:32 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam mengikuti pendidikan guru penggerak, peserta diminta untuk mengaktualisasikan gagasan atau ide yang memuat visi guru di masa depan. setiap peserta diminta untuk memahami filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, memahami nilai dan perannya di lingkungan serta merancang visi ke depan untuk mewujudkan pembelajaran berkualitas. Dimulai dari diri yaitu menggambar imaji potret murid masa depan yang saya harapkan. 

Sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yang telah dipelajari di modul 1.1 tentang pendidikan yang sesungguhnya, saya menggambar potret murid di masa depan, yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik di bidang ilmu dan teknologi namun juga memiliki karakter profil pelajar pancasila yang saat ini digagas oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan. Kemudian saya membuat visi murid masa depan yang saya inginkan sesuai dengan potret murid yang saya gambar.

 Lalu sesuai dengan visi tersebut saya buat satu prakarsa perubahan yang saya implementasikan di aksi nyata saya, yaitu "Mewujudkan Siswa cerdas dan berwawasan lingkungan". Elemen kunci siswa cerdas diantaranya memperoleh dan memproses informasi dalam gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berfikir, dan mengambil keputusan. Dari sini saya mencoba menerapkan kemampuan siswa dalam merespon gejala lingkungan sekitar. 

Pertama kali menerapkan  saya mengalami hambatan. Pertama siswa masih kesulitan membuat pertanyaan dengan kata tanya yang benar. Hambatan yang kedua siswa belum mampu untuk mengingat dan memahami semua materi yang hari itu dipelajari. Jadi di hari pertama aksi nyata ini saya harus membantu siswa untuk membuat pertanyaan yang benar dan membantu siswa untuk memahamkan kembali materi yang hari itu dipelajari lalu menghubungkannya dengan gejala- gejala dan isu lingkungan sekitar.

Perasaan saya di hari pertama menerapkan sedikit kaget. Saya mengira semua siswa kelas 9 sudah pandai dalam membuat pertanyaan. Ternyata siswa masih kesulitan dalam membuat pertanyaan dengan benar. Begitu juga tentang materi, siswa masih kebingungan tentang materi yang akan diterapkan. Memang ini hal yang baru buat mereka. 

Biasanya pada kegiatan refleksi, saya yang mengajukan pertanyaan dan siswa tinggal menjawabnya. Sebenarnya, refleksi yang sebelumnya terlaksana, sudah berjalan bagus. Namun supaya siswa tidak bosan, saya harus pandai mencari inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran. 

Ada pelajaran berharga yang saya dapatkan dari kegiatan aksi nyata pertama ini. Saya menjadi tahu kekurangan di kelas saya, yaitu siswa belum bisa membuat pertanyaan dan belum semua siswa memahami materi yang dipelajari. Hal ini menjadikan cambuk buat saya untuk lebih jeli lagi mendiagnosis kemampuan siswa. 

Saya juga harus meningkatkan proses pembelajaran di kelas agar semua siswa mampu memahami materi yang telah dipelajari. Saya juga harus sering-sering melakukan inovasi-inovasi di kelas saya, karena dengan inovasi tersebut saya bisa menemukan hal-hal baru di kelas saya. Hal baru tersebut bisa dijadikan pelajaran untuk lebih baik lagi kedepannya.

Persiapan untuk pembelajaran berikutnya, saya masih harus membimbing siswa dalam membuat pertanyaan yang benar. Saya juga harus memperbaiki pembelajaran di kelas agar materi yang dipelajari mudah diingat dan dipahami oleh siswa. Saya yakin untuk penerapan yang kesekian nanti semua siswa pasti mampu dan terampil untuk membuat pertanyaan yang benar. Semua siswa mampu memahami materi yang baru dipelajari hari itu dengan mudah. Pada akhirnya nanti siswa dapat terlatih untuk selalu berfikir kritis dalam kedaan bagaimanapun dan kapanpun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun