Mohon tunggu...
Emu Muslihat Sumawiguna
Emu Muslihat Sumawiguna Mohon Tunggu... Guru - Guru mata Pelajaran IPA SMP Negeri 4 Warungkiara

membaca, traveling menjadi hobi saya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Siswa sebagai Subjek Pendidikan

29 Mei 2023   11:17 Diperbarui: 30 Mei 2023   02:44 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan adalah sebuah proses pembentukan karakter siswa. Dalam pelaksanaannya, proses ini harus bisa menebalkan apa yang telah ada pada diri setiap siswa yang menjadi modal awalnya. Seringkali kita memandang seorang siswa dari arah kita sendiri sehingga muncul penilaian atau diagnosa yang kurang tepat untuk mereka. Hal ini akan berdampak pada pemenuhan hak atau pelayanan yang kurang tepat. sebagai analogi, ketika kita memiliki keluhan sakit kepala dan mendatangi dokter untuk mengobatiya, maka untuk menghilangkan keluhan tersebut, dokter harus melakukan diagnosa yang tepat. Bisa saja sakit kepala itu hanya serangkaian gejala yang muncul akibat adanya penyakit yang lebih berbahaya. Dalam hal ini, seorang dokter harus mampu mendeteksi penyakit tersebut dan mengobatinya. Jika penyakit ini berhasil disembuhkan, maka keluhan sakit kepalanya pun akan bisa teratasi. Lain halnya jika diagnosa dokter tidak tepat. Dia akan langsung berusaha mengobati  sakit kepala pasien tanpa melakukan diagnosa yang tepat, akibatnya jangankan penyakit aslinya, kemungkinan sakit kepalanya pun tidak akan tertangani dengan tepat. Keluhan dari pasien membutuhkan treatmen yang sesuai sehingga masalahnya bisa tertangani dengan tepat. 

Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa bisa dianggap sebagai pasien yang membutuhkan treatmen sesuai dengan apa yang dia miliki, dan apa yang dia inginkan. Sudah bukan zamannya kita sebagai guru memaksakan apa yang kita punya kepada siswa kita. Cara pandang kita terhadap siswa harus diubah. Kebanyakan kita sebagai guru menganggap siswa sebagai cangkir kosong yang akan kita tuangkan air ke dalamnya. Atau selembar kertas putih yang polos yang kita siap tulisi dengan berbagai tulisan hidup sesuai dengan apa yang kita inginkan. Paradigma seperti ini tidak sepenuhnya salah, namun tidak tepat jika dikaitkan dengan cara pandang Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan. KHD memandang pendidikan sebagai ajang persemaian karakter atau nilai yang harus menghamba atau berorientasi kepada siswa. Artinya seorang siswa memiliki modal dasar, memiliki kodrat dasar yang melekat dengan dirinya. Kodrat dasarnya berkaitan dengan alam serta zaman tempat dia hidup. Oleh karena itu siswa tidak bisa dipandang sebagai gelas kosong ataupun kertas polos yang kosong. Mereka adalah objek dengan segala potensi yang mereka miliki yang harus diarahkan oleh seorang guru dengan tepat. dalam hal ini seorang guru harus mampu mendiagnosa dan menentukan treatmen yang tepat untuk setiap siswanya. Terkesan idealis dan merepotkan namun itulah yang harus kita lakukan untuk mengarahkan generasi penerus agar mampu mencapai kebahagian hidupnya sesuai dengan apa yang mereka mau dan mereka miliki.

Dalam melakukan pembelajaran di kelas, kita harus melakukan perubahan yang cukup signifikan, terutama dari cara kita memandang siswa sebagai objek pendidikan. Di sisi lain kita harus memandang mereka sebagai partner yang akan kita arahkan jalurnya sesua dengan bakat dan minat mereka. Kita harus melakukan diagnosa yang tepat agar treatmen yang diberikan juga tepat sehingga mampu menghasilkan siiswa yang berkembang sesuai dengan kebutuhannya dan potensinya. Satu yang harus kita ingat sebagai guru adalah bahwa setiap proses pendidikan ini harus berorientasi kepada siswa itu sendiri. karena kita hanya tempat persemaian masa depannya. Dan mereka lah yang nantinya akan jadi pemeran utama dalam jalan kehidupan yang akan mereka ambil. Tetap semangat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun