Hati tunduk terpaku
Meratapi kaki telanjang tanpa sepatu
Mengingat kejamnya aspal yang kian memanas di tengah waktu
Ringkih bahu, tak bisa menjajakan ikan ke rumah-rumah beton itu
Tangan terus bergerak-gerak perlahan
Mengibas plastik, menghalau lalat penikmat bau-bau ikan
Menanti orang-orang berkenan mendekat melihat ikan segar
Hasil tangkapan ayah tadi malam
Air mata berderai deras
Hati tak kuasa mengutuk pedas
Diusir dari tempat jualan yang hampir tak layak di pinggir sungai
Entah apa yang mereka takutkan
ini ikan segar, bukan kalengan
ini ikan murah, bukan yang mahal
ini penjaja ikan, bukan penjaja manusia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H