Jadilah kami menikmati wewangian di kamar hotel di sisa hari. Hitung-hitung relaksasi untuk mengumpulkan tenaga untuk melakukan perjalan keesokan harinya. Lagipula, sehabis candle light dinner -- yang merupakan bagian dari paket, kami kekenyangan. Â
Di daftar tempat yang kami kunjungi, pantai Kuta adalah perhentian terakhir kami. Selain karena dekat dengan hotel dan tak terlalu jauh dari Bandara -- dibanding tempat lainnya di daftar, kami tidak ingin buru-buru menikmati setiap kunjungan. Tetapi saya tidak sabar mengunjungi pantai yang keindahannya telah tersebar ke seluruh dunia. Kami pun memutuskan untuk melihatnya.
Suami memahami perasaan saya -- yang sebelumnya memang mendambakan Bali. Ia biarkan diriku menikmati keindahan dalam diam. Udara sejuk di pagi hari itu memang seolah menghipnotis untuk tetap menarik nafas sebanyak-banyaknya sambil memejamkan mata. Angin yang berhembus lembut, menyapu lelah di wajah. Relaksasi yang sempurna!
Sebelum matahari tepat di atas kepala, kami menuju Pantai Canggu. Pantai ini belum banyak dibahas orang. Dan kami memang sengaja mencari pantai yang tak terlalu ramai -- dibandingkan Kuta yang dipenuhi para peselancar.
Kami menghabiskan waktu seharian di pantai ini. Berjemur, bermain pasir, dan tentunya berfoto ria. Saya dan suami sepakat untuk tidak buru-buru menambah daftar tempat wisata yang telah dikunjungi. Kami pun menikmati desiran ombak dari atas sofa bean bag. Tak kalah seru, kami berbaring di pasir ketika tubuh lelah dan tenggorokan membutuhkan air kelapa muda.
Saat senja akan tiba, kami menuju Kuta.
Satu hal yang menarik dalam liburan ini adalah kemudahan memenuhi kebutuhan. Mulai dari makanan halal, tempat ibadah, keperluan berwisata (sun block, kacamata hitam, dan lain-lain) sampai tempat istirahat sejenak di pinggir jalan.
Di hari berikutnya, kami relaksasi di Bukit Campuhan. Kenapa tracking ini juga saya sebut sebagai relaksasi? Karena jauh dari kebisingan suara kenderaan, dan udara sejuk sepanjang jalur.
Jalan menuju ke tempat ini relatif sepi, tetapi tak menyeramkan atau menegangkan. Aura keramahan masyarakat begitu terasa. Tak ada preman yang meminta pungutan liar, bahkan orang lokal dengan ramah menunjuk jalan, bila kita ragu pada aplikasi penunjuk arah.
Di sepanjang jalur, kita akan bertemu dengan petani lokal dan turis internasional. Berbagai macam tingkah atau cara mereka menikmati wisata ini, menjadi sesuatu yang menarik untuk diamati di sela-sela menikmati pemandangan alami.