Mohon tunggu...
Elesia
Elesia Mohon Tunggu... Administrasi - I'm a writer

Penulis CERPEN ANAK Penulis PUISI

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bila Andi Arief Tak Sendiri

5 Maret 2019   13:12 Diperbarui: 5 Maret 2019   13:36 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: kompas.com

Dalam tulisan ini saya tidak ingin membahas Andi Arief secara pribadi. Apalagi menjelek-jelekkan beliau atau menertawakan. Sudah cukup banyak orang yang melakukan itu. Tulisan ini akan membahas negara kita yang tercinta ini kalau bapak-ibu yang di atas adalah pecandu. Apa kira-kira yang akan terjadi?

Mungkin akan banyak pernyataan-pernyataan yang kontroversial yang bisa berpotensi membuat kerusuhan di perut Ibu Pertiwi kita ini. Analisa-analisa yang ngawur, dan manuver-manuver yang membahayakan. Kenapa? Karena bagi pecandu, hal yang terpenting bagi dirinya adalah memuaskan diri sendiri. Dan malapetakalah bila disaat ingin tapi tak ada barang. Maka, demi memenuhi itu pastilah segala cara dihalalkan.

Inilah kemungkinan yang terjadi bila para elit politik adalah seorang pecandu. Demi memenuhi keinginan pribadi, apapun dilakukan. Demi menjadi penguasa, rakyat pun dikorbankan.

Coba kita bayangkan, jika yang bertarung memperebutkan pengelola negara adalah mereka-mereka yang terjerat narkoba. Mereka-mereka yang ketergantung. Mau kemana negeri ini?

Kejadian yang menimpa petinggi partai Demokrat ini menjadi peringatan bagi kita semua, dan tugas kita mengingatkan para petinggi partai politik yang masih waras.

Sebab tidak tertutup kemungkinan bila partai-partai lain diisi orang-orang pecandu. Oleh sebab itu, momentum ini harus digunakan sebagai waktu untuk bersih-bersih.

Tindak-tanduk mereka sedikit-banyak menentukan nasib negara ini ke depannya. Tidakkah berlebihan mengatakan demikian? Tidak. Meskipun secara langsung setiap orang tidak terlibat dengan politik, tetapi keputusan politik merembes kemana-mana. Mulai dari pengusaha, petani, nelayan, guru, dan semua profesi lainnya. Bahkan pemusik sekali pun. Ingat RUU Permusikan yang sempat membuat heboh?

Dan bayangkan jika anggota dewan kita diisi oleh para pecandu. Bisa saja ada RUU pertanian, perbukuan, atau per-per gak jelas lainnya.

Kebetulan kita akan pemilu. Inilah saat yang baik bagi kita untuk menentukan siapa yang berkuasa. Syarat partai masuk parlemen sudah semakin ketat, maka saatnya kita (masyarakat biasa) menentukan partai apa saja yang punya suara. Jangan asal pilih!

Gak ada ruginya kita meluangkan waktu lima sampai sepuluh menit untuk mencari tahu rekam jejak caleg yang akan kita pilih. Bagaimana kinerjanya sebelum menjadi caleg, pandangan-pandangannya terhadap isu-isu di masyarakat, cara dia memperlakukan orang-orang sekitar, dan partai yang mengusung dia.

Hal-hal semacam ini harus kita perhitungkan. Atau kalau dia memang tokoh di suatu daerah, tetapi yang mengusung partai yang gak jelas, masyarakat bisa membentuk kelompok untuk menanyakan komitmennya: ikut suara partai atau melayani kepentingan rakyat daerah pemilihannya.

Dengan cara seperti ini, partai akan bekerja lebih giat dalam kaderisasi. Syukur-syukur, dengan kekalahan yang diderita, para petinggi partai akan memperhitungkan kader-kadernya yang duduk di kursi-kursi petinggi.

Sebagai emak-emak yang belum --dan semoga tak terkontaminasi kepentingan sesaat, saya berharap negeri ini semakin bersih dari pecandu. Bukan hanya untuk kepentingan generasi sekarang, tetapi juga untuk generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun