Mohon tunggu...
Empuss Imut
Empuss Imut Mohon Tunggu... -

lama banget ga nulisss.... :(

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Untuk Adik di Atas Gerobak Barang Bekas

21 Juni 2010   02:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:24 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cukup lama memandang potret kemiskinan itu, tiba-tiba mata beradu pandang dengan salah seorang anak di atas gerobak yang mengeluarkan suara lirih merintih memanggil nama sang ibu. Tangannya menunjuk-nunjuk lemah ke arah warung bubur ayam yang tepat berada di hadapannya.

Rintihan sang anak yang menginginkan semangkuk hangat bubur ayam kontras dengan pandangan sang ibu yang tak lepas dari kanan kiri jalan raya. Keinginan sang anak tak dihiraukan, atau tak terdengar olehnya?

Yang pasti, yang sangat jelas-jelas mendengar rintihan itu, seperti pura-pura tak mendengar. Indera penglihatan dan pendengaran jelas berfunsi normal, tapi tak tergerak sedikit pun untuk mendekati sang ibu untuk meluluskan permintaan sang anak.

" Uang lima puluh ribu ini lebih dari cukup untuk beberapa mangkuk bubur ayam..."

Tapi suara dengan kalimat ini lebih kuat jeratannya. "Percuma, toh bentar lagi dia juga berlalu..."

Dan akhirnya, kali ini si ibu berhasil mendorong gerobak barang bekas bersama anak-anaknya di atasnya, menyeberang jalan yang telah sepi. Membawa mimpi sang anak untuk menikmati hangatnya bubur ayam. Meninggalkan sebersit penyesalan dalam hati si penikmat leci dan si calon penikmat bubur ayam ini.

Tapi, sesampai di rumah, karena tuntutan si perut yang semapat ngambek, bubur ayam dan buah leci yang ranum itu ludes juga disantap tanpa rasa bersalah. Tanpa ada perasaan berdosa yang membuat bubur ayam dan buah leci terasa hambar. Bubur ayam tetap terasa gurih, dan buah leci tetap terasa manis legit.

____________________

Untuk adik di atas gerobak barang bekas, maafkan dia yang tak sempat berbagi dengan mu. Semoga kau tak pernah bertemu dengan orang seperti dia lagi...

____________________

Teman-teman Kompasianer, jangan pernah menunda untuk berbagi kebaikan, lakukanlah segera. Tak perlu menunggu untuk berbuat suatu kebaikan...

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun