Selalu ada yang menarik dari kawasan Kota Tua Jakarta. Memang kawasan ini sarat dengan sejarah, terutama pada masa penjajahan Belanda. Di sini merupakan pusat kota Batavia. Sebenarnya Batavia adalah kota berbentuk benteng yang didirikan oleh VOC yang bagian pinggirnya diberi pembatas. Lokasinya adalah di Kota Tua, maka sekarang ada istilah di dalam benteng dan di luar benteng.Â
Kali ini saya tertarik untuk mengulik tentang furniture antik peninggalan masa berkuasanya VOC selama 1602-1799.  Menurut catatan sejarah, VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) adalah perusahaan Hindia Timur yang didirikan Belanda untuk menjaga perdagangan Belanda di Indonesia. VOC menguasai perdagangan rempah-rempah di Hindia Timur hingga  membangun pos-pos dagang di Asia - Afrika.Â
Ternyata ada sentra produksi kerajinan kayu di Kota Tua. Di tempat inilah pembuatan furniture yang digunakan orang-orang Belanda untuk mengisi gedung perkantoran dan rumah-rumah mereka.Â
Karena itu saya tertarik dengan ajakan seorang sahabat untuk mengulik area tersebut. Kami bergabung dengan Komunitas Jelajah Budaya yang dipimpin oleh Kartum Setiawan, seorang budayawan yang sudah sering menjadi narasumber di berbagai media.
Jalan Pinangsia RayaÂ
Kami berkumpul di depan stasiun Jakarta Kota, atau juga di sebut Beos. Kebetulan hujan masih rintik-rintik, kami menunggu di teras yang menghadap taman air mancur dan museum Bank Mandiri.Â
Setelah semua anggota hadir lengkap dan hujan berhenti, kami pun mulai bergerak ke arah kiri stasiun. Kami menyeberang jalan raya yang dahulunya merupakan sungai. Kemudian kami masuk jalan Pinangsia Raya. Jalan ini beberapa kali mengalami perubahan nama. Zaman VOC sempat bernama Nieuwe Steenweg atau jalan Batu Baru, tapi disebut juga Pinangsia Weg.Â
Menurut keterangan Mas Kartum, di sepanjang jalan inilah sentra kerajinan kayu yang memproduksi furniture atau perabotan. Sejak abad 17, kawasan ini penuh dengan tukang kayu yang rata-rata merupakan warga keturunan Tionghoa.Â