Namun pada saat menjelang kemerdekaan, direbut kembali oleh rakyat Indramayu. Â Tempat tersebut dinamakan Bramasta. Ada pin yang menyematkan Randu Gede sebagai lambang.Â
Randu Gede dan Keluarga SayaÂ
Sebagaimana disebutkan di atas, di seberang Randu Gede terdapat deretan rumah keluarga. Karena besar dan tinggi, pohon itu tumbang juga menimpa rumah kami.Â
Namun yang membuat kami sedih, bukan kerusakan rumah, melainkan pohon Randu Gede itu sendiri.
Randu Gede mempunyai arti tersendiri bagi keluarga kami, juga menjadi saksi hidup perjalanan keluarga. Pasalnya, keluarga saya adalah pendiri Indramayu, berasal dari Keraton Cirebon yang ditugaskan membangun Indramayu yang pada saat itu masih berupa hutan.Â
Kakek canggah pun mengembangkan ajaran agama Islam dengan membangun pesantren di Poman, yang sekarang menjadi sentra batik Indramayu. Jaraknya hanya beberapa kilometer dari jalan Letnan Sutejo.Â
Kepemimpinannya melahirkan pemimpin-pemimpin baru dalam keluarga kami. Setelah Indonesia merdeka, Mbah (kakek saya) adalah Bupati Indramayu tahun 1948. Puluhan tahun kemudian, Om dan Tante saya menjadi Bupati Indramayu juga, masing-masing dua periode.Â
Mengingat sejarah yang begitu lekat dengan keberadaan Randu Gede yang menyertai keluarga kami, maka kami tidak bisa berdiam diri dengan robohnya pohon tersebut.Â
Menurut rencana, kami akan mengusulkan kepada pemerintah daerah yang baru agar dibangun monumen yang menggantikan pohon Randu Gede (jika tidak bisa tumbuh lagi). Monumen tersebut akan menjadi pembelajaran sejarah, budaya dan perkembangan peradaban bagi generasi muda di Indramayu.Â
Penunggu Misterius Randu GedeÂ