Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengelolaan Sampah ala Siti Salamah

3 November 2024   16:12 Diperbarui: 4 November 2024   10:07 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siti Salamah (dok.astra)

Satu hal yang sering membuat saya merasa kesal dan sedih karena masyarakat tidak disiplin dalam membuang sampah. Meskipun telah berulang kali terkena bencana banjir, tidak membuat mereka menjadi jera. Sungai-sungai masih dijadikan tempat sampah.

Sebagai contoh, di kawasan Citayam, di mana saya telah tinggal selama beberapa tahun, masyarakatnya sangat jorok. Selain membuang sampah di sungai, juga membuang sampah seenaknya di tepi jalan, dan di halaman rumah orang. Ibu-ibu di sini lebih memilih menggunakan uangnya untuk membeli bakso daripada membayar iuran bulanan untuk angkutan sampah. 

Bahkan saya mengalami sendiri tetangga yang hobi membakar sampah di samping rumah saya. Tentu saja asap yang dihasilkan masuk ke rumah dan membuat saya terbatuk-batuk. Ketika ditegur tidak terima, malah marah-marah. 

Sampah rumah tangga menduduki posisi tertinggi penghasil sampah. Setiap tahun berapa ton sampah yang dihasilkan. Tidak heran jika TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tak sanggup lagi menampung. Di Citayam ini, bau sampah yang menggunung di TPA hingga beberapa radius kilometer.

Karena itu saya sangat salut dan hormat kepada Siti Salamah. Wanita perkasa ini memberdayakan pemulung untuk pengelolaan sampah. Sebagian sampah bisa diolah menjadi suatu barang yang bermanfaat bagi kita. 

Sampah dan pemulung 

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyodorkan fakta bahwa pada tahun 2020 total produksi sampah nasional mencapai 67,8 juta ton yang berarti sekitar 185. 753 ton sampah setiap hari  dihasilkan oleh 270 juta penduduk. Menurut perhitungan, maka 0,68 kg sampah dikeluarkan satu rumah tangga. 

Angka ini diprediksi semakin meningkat setiap tahunnya. Sehingga pada tahun ini Indonesia dikatakan sudah darurat sampah. Sementara banyak orang lain tidak peduli dengan menumpuknya sampah, Siti Salamah berusaha menemukan solusi untuk mengatasi masalah sampah. 

Siti Salamah adalah pencetus ide Waste Solution Hub, penyedia solusi pengolahan sampah secara terintegrasi. Wanita ini mencurahkan pikiran dan tenaga untuk kelestarian lingkungan hidup. Dia melawan arus di mana banyak orang lebih suka bersenang-senang, tetapi justru bersusah payah berbuat untuk masyarakat.

Di sisi lain, Siti Salamah juga memikirkan kaum marginal seperti para pemulung sampah. Pemulung sering dianggap sebagai pengganggu, bahkan juga disingkirkan seperti sampah itu sendiri. Siti Salamah melakukan pendampingan kepada mereka yang berprofesi sebagai pemulung di kota Tangerang Selatan, Banten. Ia mendampingi ribuan pemulung di kawasan Jurang Mangu Timur. 

Siti Salamah percaya, para pemulung bisa mencapai taraf hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Perempuan ini melakukannya dengan sukarela, bahkan berkorban agar bisa membangkitkan perekonomian pemulung.

Siti Salamah mulai terjun ke lingkungan pemulung tahun 2015. Dia mendirikan rumah pohon yang dulunya bernama Taman Maghrib Mengaji. Wanita ini membantu pendidikan secara informal kepada anak-anak pemulung. 

Rumah pohon menjadi sarana mengembangkan masyarakat bagi Siti Salamah dan teman-temannya membina ibu-ibu pemulung agar bisa mandiri.

 "Pemulung harus diberdayakan untuk mengubah stigma negatif dan menaikkan taraf hidup kaum marginal," kata Siti Salamah. 

Sedangkan pada tahun 2018 Siti Salamah dan teman-temannya mendirikan Waste Solution Hub. Mereka memberdayakan pemulung untuk mengelola sampah. 

Step by step 

Langkah pertama Siti Salamah adalah dengan memilah sampah, misalnya sampah organik dan sampah plastik. Sampah yang bisa membusuk dan sampah yang bisa didaur ulang, dimanfaatkan lagi. 

Selama ini para pemulung memasok sampah yang telah dipilih dan dipilah melalui proses yang cukup panjang. Setelah diserahkan ke lapak, seringkali melewati empat hingga lima pengepul kakap. Sampah plastik dihargai Rp 2.000,- oleh pengepul. Sedangkan pada sampai pada industri besar Rp.5.000,- Harganya meningkat dua kali lipat.

Dengan melalui Waste Solution Hub, proses tersebut dipersingkat, tidak lagi harus ke lapak pengepul. Tapi bisa langsung ke industri besar sehingga jumlah Rupiah yang diterima para pemulung jauh lebih banyak. Ini membuat perekonomian mereka terangkat.

Berkat kiprahnya, Siti Salamah mendapatkan apresiasi SATU Indonesia Award 2021 katagori kelompok, yang diselenggarakan oleh  PT Astra Internasional tbk. Dia sangat berjasa memberdayakan pemulung sekaligus menjaga kelestarian lingkungan hidup. 

Hebatnya, dana bantuan pembinaan sebesar 60 juta Rupiah dari Astra, digunakan lagi untuk mengembangkan Kampung Berseri Astra dan Desa Sejahtera Astra. 

Sampai sekarang Waste Solution Hub telah mengedukasi lebih dari 23.000 pengunjung, menangani lebih dari 10 proyek dengan bantuan 60 orang relawan. Selain itu memberdayakan 1200 pemulung, mengelola 2400 kg sampah dan sebagainya. 

Anak-anak pemulung (dok.sitisalamah)
Anak-anak pemulung (dok.sitisalamah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun