Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paus Fransiskus dalam Bingkai Festival Toleransi

3 September 2024   20:18 Diperbarui: 3 September 2024   20:28 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya di depan lukisan Paus Fransiskus mencuci kaki jemaatnya. Karya Denny J.A. (dok.pri)

Dalam rangka kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia, ICRP menyelenggarakan Festival Toleransi yang bertempat di Galeri Nasional Indonesia, Gambir. Festival Toleransi ini berlangsung sejak tanggal 2 hingga 4 September dan dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Budaya, Muhadjir Effendy. 

Perlu diketahui, ICRP (Indonesian Conference on Religion and Peace) merupakan lembaga yang didirikan oleh Presiden Gus Dur pada tahun 2000. Maka pada tahun 2024, usia lembaga ini adalah 24 tahun. ICRP konsisten bergerak di bidang perdamaian sesuai dengan Pancasila. 

Meluncurlah saya ke sana Senin tanggal 2 sebelum tengah hari. Jadi belum diresmikan oleh Menteri Muhadjir Effendy yang dijadwalkan datang sekitar pukul 12.30. Meskipun berkaitan dengan kedatangan Paus Fransiskus, tetapi bukan berarti Paus mampir ke sini. Namun kita dapat melihat beberapa lukisan Paus Fransiskus karya Denny J.A yang menggambarkan Paus Fransiskus sedang mencuci kaki jemaatnya di Indonesia. 

Lukisan utama cukup besar dan terpampang di sebuah booth. Di sini kita bisa berfoto bersama sang pelukis yang juga datang sejak awal. Lukisan ini masih terhitung baru, kita belum pernah melihat sebelumnya karena belum dipublikasikan. 

Lukisan Paus memeluk anak-anak Indonesia (dok.pri)
Lukisan Paus memeluk anak-anak Indonesia (dok.pri)

Selain di depan, beberapa lukisan Paus juga ada dalam ruangan aula yang menjadi pameran foto keberagaman di Indonesia. Lukisan-lukisan satu tipe, yaitu Paus Fransiskus mencuci kaki jemaatnya. Hanya saja obyek orang yang dicuci kakinya berbeda-beda, dari suku yang berbeda, dilihat dari pakaian tradisional yang dikenakan. 

Hal yang menarik, Denny J. A menggambarkan keberagaman masyarakat Indonesia dalam lukisan tersebut. Bukan hanya keberagaman suku, tetapi juga agama. Dalam lukisan terdapat masjid, rumah ibadah umat Islam, dan ada juga anak-anak muslim yang dirangkul oleh Paus. Ini menyiratkan perdamaian antara masyarakat Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu. Kental dengan nuansa Pancasila. 

Organisasi keagamaan lainnya 

Ada beberapa booth pameran yang diisi oleh organisasi-organisasi keagamaan. Di samping kiri booth ICRP adalah booth Ahmadiyah. Di sini saya mendapat minuman hangat mirip teh tarik, dan bebas kalau mau tambah. Saya minum sambil mendengarkan penjelasan dari dua petugas yang menjaga. 

Ternyata Ahmadiyah telah menerjemahkan kitab suci Alquran dalam beberapa bahasa asing. Salah satunya adalah bahasa Ibrani, yang digunakan oleh Israel. Sayangnya mungkin orang-orang Israel saja yang enggan mempelajari Alquran dengan sebenarnya. 

Konghucu (dok.pri)
Konghucu (dok.pri)

Kemudian saya juga melihat booth yang menampilkan agama Konghucu. Dahulu, di masa Orde Baru, agama ini dibungkam, tidak boleh melakukan aktivitas secara terbuka. Mereka mendapat kebebasan berekpresi setelah Presiden Gus Dur memberikan izin. 

Di sebelah booth agama Konghucu, terdapat agama Bakhai. Jujur saya belum pernah mendengar, atau mengetahui secuil pun tentang agama ini. Saya kaget juga membaca bahwa agama Bakhai telah tersebar ke seluruh dunia. 

Saya di depan booth Paguyuban Cinta Tanah Air (dok.pri)
Saya di depan booth Paguyuban Cinta Tanah Air (dok.pri)

Tak kalah menarik adalah booth Paguyuban Cinta Tanah Air Kalacakra. Ini booth yang menampilkan beberapa kepercayaan yang ada di Indonesia. Mungkin sebagian menganggap ada yang mistis atau klenik jika melihat deretan keris di atas meja.  Bahkan depan booth terdapat tungku dengan bara api untuk memperagakan pembuatan keris. Di sini juga terlihat beberapa orang yang berpakaian seperti suku Baduy luar dengan ikat kepala berwarna biru. 

Komunitas Eden (dok.pri)
Komunitas Eden (dok.pri)

Satu hal lagi yang mengherankan saya, ada komunitas Eden yang dahulu dipimpin oleh Lia Eden. Kasus Lia Eden ini dahulu begitu heboh dan dianggap ajaran sesat. Setelah Lia Eden meninggal, ternyata masih ada penerusnya. Dalam Festival Toleransi, komunitas Eden yang berpakaian serba putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga Stanza di atas panggung utama. 

Muhadjir Effendy membuka Festival Toleransi dengan pidato singkat. Bersama dengan beberapa tokoh agama dan masyarakat, melepaskan beberapa ekor merpati putih terbang ke angkasa sebagai lambang perdamaian. Di antara para tamu terdapat duta-duta besar dari berbagai negara. Acara ini juga dimeriahkan oleh atraksi barongsai yang sangat menarik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun