Gambaran mainstream piknik adalah membawa keranjang berisi berbagai makanan, lalu gelar tikar di rerumputan pada suatu kawasan wisata. Tapi tidak begitu dengan piknik ala Harmonika 40. Kami stay cation di sebuah villa, tak jauh dari Gadog, Megamendung, Bogor.
Nah buat yang belum tahu, Harmonika 40 itu adalah komunitas baru yang anggotanya di atas 40 tahun. Berhubung saya sudah merasa 40 plus plus (baca: tuwir). Makanya saya juga ikut bergabung. Soalnya pasti ada benang merah sesama anggota.
Piknik ini diselenggarakan hari biasa alias week day karena sewa villa lebih murah dan terhindar dari macet. Â Masuk Rabu siang, pulang hari Kamis. Saya berangkat bareng Diah Woro dan Hidayah Qudus yang menjadi admin. Kami naik mobil ojol ke sana.Â
Ternyata teman-teman lain sudah tiba di villa. Ada Yon Bayu, mbak Dani, Pak Sutiono dan Sukma Tom. Memang kami mengalami kendala dalam memesan ojol sehingga lebih lambat dari yang diperkirakan.Â
Sampai di villa, sudah lebih dari pukul dua siang. Makanan yang dibawa langsung ditata di meja. Soalnya kami sudah kelaparan. Masakan Diah Woro yang menggoda selera. Ada ayam bakar, lalapan, tempe dan sambal.Â
Terjadilah insiden salah kira. Gemblong yang saya kira telur balado karena bentuknya kecil bulat lonjong dengan warna kemerahan. Pas saya gigit kok rasanya manis, barulah saya tersadar. Teman-teman pun tertawa melihatnya.Â
Renang dan karaokeÂ
Fasilitas villa ini terbilang cukup lengkap. Ada kolam renang yang letaknya di bawah, kita harus menuruni tangga yang lumayan. Kontur tanah villa ini memang tidak sama datar, berbukit-bukit, ada yang tinggi dan ada yang rendah.Â
Tersedia fasilitas wifi yang memudahkan kita untuk tetap terhubung dengan dunia luar. Tapi yang paling saya suka adalah perangkat karaoke. Saya dan Yon Bayu hobi menyanyi, jadi kami lebih memilih menyanyi daripada berenang.Â
Sedangkan yang hobi berkecimpung dalam air tidak menyia-nyiakan kesempatan. Airnya tidak dingin kok, lagipula cuaca memang panas. Diah Woro berenang bersama Sukma Tom. Mereka berlomba dari tepian hingga ke tepian lain. Kami menyoraki dari pinggiran saja. Toh saya juga senang merekamnya dan membuat video.Â
Saya lanjut karaoke saja. Selera saya tentu lagu-lagu dengan genre rock, meskipun saya juga bisa menyanyikan yang lain. Â Kadang untuk mengimbangi teman-teman, saya juga mengikuti irama pop. Apalagi lagu-lagu nostalgia masa lalu.Â
Makan malam ternyata bakso. Cocok banget dalam suasana malam di villa. Baksonya enak, tak kalah dengan bakso yang harganya mahal di restoran. Saking lahapnya makan, sampai lupa difoto.Â
Selesai makan, kami kembali bernyanyi. Hanya Pak Sutiono yang begitu rajin tetap menulis dengan telepon genggamnya. Mungkin karena tidak hobi menyanyi.Â
Setelah Isya, ternyata Yon Bayu dan mbak Dani tidak jadi menginap karena ada acara esok paginya. Mereka berdua turun bersamaan kembali ke Jakarta. Kebetulan mbak Dani membawa kendaraan.Â
Setelah puas bersenda gurau hingga hampir tengah malam, akhirnya satu persatu tidur di kamar masing-masing. Ada lima kamar di villa ini, satu kamar diisi dua orang. Kalau lebih dari 10 orang, bisa pesan ekstra tempat tidur.Â
Saya tidak bisa tidur sama sekali. Ini memang sudah menjadi kebiasaan bagi saya, yang sulit tidur di tempat lain. Apalagi kadang harus buang air kecil karena udara mulai dingin.Â
Pagi-pagi, mereka yang ahli masak sudah berkutat di dapur membuat sarapan. Saya membuat secangkir kopi dengan cemilan yang masih tersisa. Setelah itu baru makan nasi uduk dan mie goreng, serta telur balado.Â
Teman-teman kembali berenang. Â Sedangkan yang tidak berenang hanya menonton atau membuat video singkat Biasanya untuk konten di tiktok atau Instagram. Kami pun bergembira sambil menunggu waktu untuk pulang.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H