Tahukah anda bahwa yang sanggup bertahan pada masa pandemi adalah bisnis UMKM? Perekonomian Indonesia tertolong berkat geliat UMKM yang banyak melahirkan kreasi baru. Mereka terus berinovasi dalam segala keterbatasan. Karena itulah pemerintah memberikan apresiasi kepada UMKM.
Langkah pemerintah memacu pertumbuhan UMKM sudah tepat. Regulasi harus memihak UMKM agar tidak ada kendala untuk berkembang. Selain itu keran kemudahan di bidang lain juga dibuka agar UMKM pemula tidak mengalami kesulitan. Kita patut berterima kasih kepada Menparekraf, Sandiaga Uno yang begitu gigih memperjuangkan UMKM.Â
Namun ada hal yang harus dicermati, yaitu persaingan di antara sesama UMKM sendiri. Jangan sampai untuk bertumbuh, mereka saling sikut menyikut agar dapat mendominasi bisnis tertentu. Kalau dilakukan dengan cara yang kotor, tentu ini menjadi persaingan yang tidak sehat sesama mereka. Bukannya maju, malah terpuruk.Â
Sebagaimana yang terjadi pada UMKM dengan brand bantal Harvest di Jawa Timur. Brand ini berusaha dihambat oleh pesaingnya yang menggunakan nama brand Harvest Luxury. Padahal kalau ditilik secara teliti, tidak pada tempatnya hal itu terjadi.Â
Brand Harvest Luxury menggugat Bantal Harvest karena menggunakan nama tersebut. Pada kenyataannya, nama merek Bantal Harvest telah diciptakan lebih dahulu sebelum Harvest Luxury. Fakta ini saja sudah menunjukkan bahwa posisi Harvest Luxury berada di pihak yang salah.Â
Kemudian, secara logika nama tersebut berbeda. Bantal Harvest dengan Harvest Luxury jelas berbeda. Meskipun sama-sama menggunakan kata Harvest. Saya jadi ingat brand roti dan kue Harvest favorit saya di Jakarta, tempat saya menikmati kopi dan roti. Lalu apakah Harvest Luxury menggugat bakery Harvest? Tidak. Jadi ada apa sebenarnya?
Yup, jelas sudah terlihat Harvest Luxury menganggap Bantal Harvest adalah saingan yang harus disingkirkan. Mereka takut Bantal Harvest lebih disukai dan dipilih oleh masyarakat. Padahal soal laris atau tidak, masyarakat pasti melihat dari dua sisi, harga dan kualitas. Setiap produk mempunyai penggemar sendiri, berdasarkan selera dan kemampuan mereka.Â
Bila kita tinjau dari sudut agama, kita harus percaya bahwa rezeki ditentukan oleh Allah. Jadi kita tidak perlu kuatir rezeki direbut orang lain.Â
Lihat saja tukang Mie ayam, ada begitu banyak. Tetapi mereka tetap saja punya pembeli dan pelanggan. Padahal mereka menjual makanan yang sama. Kalau kuatir dengan rezeki, itu berarti menghina Tuhan yang Maha Pemberi.Â
Asas keadilanÂ