Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengulik Armada Helikopter di Lanud Atang Senjaya Bogor

8 Januari 2024   17:40 Diperbarui: 8 Januari 2024   17:41 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada tim yang juga memandu kami di tempat ini selain Pak Edy. Antara lain, mas Hardhi, Mas Reno yang juga penerbang (pilot) dan La Ode, seorang teknisi pesawat, khususnya merawat helikopter Basarnas. 

Sebetulnya, ada sepuluh penerbang yang bertugas mengoperasikan helikopter Basarnas. Tetapi yang kali ini hadir ada dua orang yaitu Reno dan Dimas yang menyusul belakangan.

Saya di dalam helikopter VIP (dok.pri)
Saya di dalam helikopter VIP (dok.pri)

Helikopter jenis AW  139 ini termasuk jenis baru pabrikan Italia, baru datang pada tahun 2020 yang lalu. Kapasitas angkut 15 orang, dengan dua awak. Tentu saja juga dilengkapi dengan Hoist permanen untuk membantu mengangkat korban bencana. Namun jika diperlukan, kursi-kursi penumpang bisa dilepaskan agar lebih fleksibel mengangkut korban. 

Helikopter tersebut bisa bertahan selama enam jam dengan kecepatan 300 km perjam. Kalau bertugas ke tempat yang jauh, misalnya sewaktu penyelenggaraan balap MotoGP di sirkuit Mandalika, maka harus singgah di salah satu landasan udara untuk mengisi bahan bakar serta cek mesin. 

Di samping kanan saya adalah penerbang Reno (dok.pri)
Di samping kanan saya adalah penerbang Reno (dok.pri)

Di samping helikopter besar tersebut ada dua helikopter ukuran sedang, yaitu Dauphine  AS369 N3+ yang mempunyai moncong seperti mulut lumba-lumba. Helikopter jenis ini merupakan keluaran pabrik Airbus di Perancis. Diproduksi sekitar tahun 2015. Masih terhitung armada baru. Dua helikopter ini terlihat unyu-unyu. Tapi jangan meragukan kemampuan menjelajah daerah bencana. 

Helikopter Dauphine yang mirip lumba-lumba (dok.pri)
Helikopter Dauphine yang mirip lumba-lumba (dok.pri)

Terletak paling pojok adalah helikopter paling mungil, buatan PT Dirgantara Indonesia. Helikopter NBO 105, yang serupa rancangan Jerman, Helikopter Bolkow 105, dibuat sekitar tahun 1980-an. Saat itu nama PT Dirgantara Indonesia masih IPTN (zaman Orde Baru). Karena mungil, kapasitas hanya 4 orang, termasuk kru pesawat.  

Helikopter mungil (dok.pri)
Helikopter mungil (dok.pri)

Helikopter ini memang bandel, sehingga masih bertahan dan berfungsi hingga sekarang. Dengan panjang 12 meter dan tinggi tiga meter, NBO 105 adalah helikopter yang lincah dan gesit. Dia mampu dibawa berakrobat di udara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun