Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Gandrung Kopi Legendaris Bogor Bah Sipit

29 Juli 2023   18:01 Diperbarui: 29 Juli 2023   22:18 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahu tidak kalau ada toko kopi tertua di Bogor. Para pecinta kopi menyebutnya sebagai kopi legendaris. Sulit menolak kenikmatan kopi Bah Sipit cap Kacamata ini. Walaupun tempatnya terkesan jadul, toh pelanggan setia tetap saja mengalir ke sini.

Saya ke sini berkat kolaborasi KPK dan Vlomaya. Mereka menggelandang 15 orang kompasianer ke rumah produksi Bah Sipit untuk bertemu dengan sang owner, Nancy Wahyuni yang merupakan generasi ketiga dari Bah Sipit.

Kami berdiskusi di rumah yang letaknya ada di belakang Toko. Untuk ke sana, harus melalui gang kemudian masuk lewat pintu samping. Di situ ada taman kecil yang cukup untuk kami berbincang-bincang. 

Bertindak sebagai moderator adalah Kang Bugi, ketua Komunitas Vlomaya. Sebetulnya sih kami ngobrol secara santai tapi serius. Perhatikan terpecah antara uraian Nancy dengan sajian kopi. Apalagi diselingi ambil dokumentasi. 

Tokoh yang disebut Bah Sipit adalah kakek dari Nancy Wahyuni. Nama asli beliau adalah Yoe Hong Keng. Pemuda keturunan Tionghoa ini merintis bisnis pengolahan kopi dengan merek Kopi Bubuk Bah Sipit cap Kacamata di daerah Empang pada tahun 1925. Yup, saat itu bangsa kita di bawah penjajahan Belanda. 

Wilayah itu didominasi oleh warga keturunan Arab. Kacamata yang dikenakan Bah Sipit menjadi simbol karena julukan warga setempat. Hal ini menggambarkan toleransi yang tinggi dimana mereka saling menghargai meskipun berbeda etnis, sebagaimana yang diceritakan Nancy Wahyuni.

Saya teringat ada satu ulama keturunan Arab yang sangat terkenal dengan sebutan Habib Empang. Beliau memiliki jamaah di wilayah itu. Tapi pengaruhnya hingga seluruh Jabodetabek.

Eksistensi Kopi Bah Sipit bukan tanpa tantangan. Pada perkembangannya, keturunan Bah Sipit memilih bisnis atau karir yang berbeda. Usaha ini nyaris terancam ditutup. Apalagi Nancy semula tidak merasa bahwa bisnis kopi adalah passion-nya. Ia tidak bisa membayangkan akan menjaga toko kopi seharian, pasti sangat membosankan. 

Nancy Wahyuni (dok.pri)
Nancy Wahyuni (dok.pri)

Namun ada kesadaran bahwa usaha peninggalan ini harus dilestarikan. Dengan dukungan suami, Nancy mulai menekuni perkopian. Bahkan kakak-kakaknya juga menyerahkan warisan bisnis ini ke tangan Nancy. Mereka merasa tak sanggup menangani karena memiliki urusan masing-masing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun