Pada mulanya, pesaing utama Erdogan dari Aliansi Nasional, Kemal Kilicdaroglu sesumbar bahwa dia akan berhasil menang telak dalam putaran pertama. Dia yakin perolehan suara yang diraihnya bakal mencapai lebih dari 53%. Tetapi kenyataannya, Kilicdaroglu hanya mengantongi suara sekitar 44% saja.Â
Keyakinan itu bukan tanpa alasan. Kilicdaroglu telah melihat bahwa partai CHP berhasil menggaet pemilih pemula. Generasi muda yang tertarik untuk menganut sekuler, sebagaimana yang diajarkan pendiri Turkiye, Kemal Attaturk. Selain itu, ada tambahan dukungan dari partai-partai kecil yang tidak menyukai Erdogan.Â
Lalu mengapa perolehan suara tidak sesuai ekspektasi? Kilicdaroglu tidak menduga bahwa partai kecil yang bergabung, seperti HDP menjadi kontroversi sendiri. HDP adalah partai yang terbukti berafiliasi dengan teroris PKK, yang sering membuat kerusuhan dan merongrong kedaulatan negara.
Selain HDP, kelompok yang bergabung adalah FETO. Ini adalah organisasi teroris juga yang hendak menggulingkan Presiden Erdogan. FETO dan PKK bekerjasama untuk berusaha merebut wilayah Turki Timur dan ingin mendirikan negara sendiri.Â
Kehadiran dua kelompok ini, menjadi kontradiksi dalam aliansi nasional dan partai CHP. Sebagian anggota partai menolak dan menentang kehadiran para perusuh dan teroris ini. Kalau pun CHP menang, kedua kelompok ini pasti akan memaksakan keinginan mereka. Lagipula adanya dua kelompok teroris ini dapat mengancam keselamatan rakyat jelata.Â
Campur tangan Barat
Blok Barat, Amerika Serikat dan sekutunya, terutama Inggris dan Eropa Barat, sangat menginginkan tergulingnya Erdogan. Mereka menganggap Erdogan adalah batu sandungan yang harus disingkirkan.Â
Ada beberapa hal yang membuat blok Barat membenci Erdogan:Â
Pertama, kedekatan Erdogan dengan presiden Rusia, Vladimir Putin. Erdogan menolak untuk memblokade Rusia dalam transaksi bisnis. Turkiye tetap berniaga dengan Rusia sehingga negara beruang merah itu bisa mendapatkan pemasukan devisa.Â
Kedua, Turkiye menolak Ukraina untuk masuk ke dalam NATO. Kalau Ukraina berhasil masuk, maka dia berhak mendapatkan pembelaan NATO atas serangan Rusia. Tetapi karena Turkiye menolak, maka Ukraina dan negara Eropa lain yang ingin menyerang Rusia tidak bisa menjalankan rencananya.Â