Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Konsep Garwa untuk Kedamaian Rumah Tangga

10 Februari 2023   17:36 Diperbarui: 10 Februari 2023   17:45 3665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suami istri (dok.gurusiana)

Dalam sebuah rumah tangga, pasangan suami-isteri ibaratnya "Garwa" atau sigaran nyawa. Ini istilah dari bahasa Jawa, yang artinya belahan jiwa. Idealnya begitu, sang suami adalah belahan jiwa si istri, demikian pula sebaliknya. 

Bagaimana sebetulnya konsep Garwa atau belahan jiwa ini? Suami istri seperti sepasang sepatu, saling melengkapi. Kaki tidak mungkin melangkah dengan satu sepatu saja, kanan dan kiri harus ada. Suami istri saling mengisi, apa yang menjadi kekurangan suami, dilengkapi oleh kelebihan istri. Apa yang menjadi kekurangan istri, dilengkapi oleh kelebihan suami. 

Karena itu seharusnya tidak ada yang merasa lebih superior atas pasangannya. Masingmasing memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada manusia yang sempurna. 

Maka, pengenalan pribadi calon pasangan sangat penting sebelum menikah. Jangan menikah karena terpukau oleh fisik seseorang, tampan atau cantik. Itu tidak menjamin ia memiliki kepribadian yang baik. Jangan pula karena jabatan dan harta, dua hal ini biasa menjadi jebakan yang melenakan. 

Intinya, boleh saja jatuh cinta tapi hindari menjadi bucin (budak cinta). Seorang bijak mengatakan, ketika engkau jatuh cinta, otak harus selalu dibawa.  Saat membiarkan diri terbawa perasaan, biasanya menolak fakta dan logika yang lewat di depan mata. 

Tindakan berhati-hati bukan berarti berburuk sangka. Tidak ada salahnya mencari keterangan melalui teman-teman si calon pasangan, juga dari keluarga. Sebab jika salah memilih, pernikahan bisa berubah menjadi petaka. 

Bukti si dia adalah Garwa

Pernahkah kita menyadari bahwa sebuah pasangan adalah kontradiksi? Misalnya si A yang cerewet mendapat pasangan si B yang pendiam. Justru di sinilah pasangan itu sangat klop. Kalau dua-duanya cerewet, maka kalau bertengkar seperti perang bubutan. 

Selayaknya, ketika salah satu sedang dilanda emosi, maka satunya cukup diam. Dengan begitu amarah akan cepat mereda dan kembali menggunakan logika. Pasangan yang Garwa, otomatis melakukan hal itu. Salah satu mengalah untuk kemudian bicara ketika suasana lebih tenang. 

Pasangan Garwa memang tidak menjamin betul-betul bersih dari pertengkaran. Ibarat masakan, pertengkaran adalah bumbu penyedap selama dalam takaran yang tepat. Apalagi pasti ada perbedaan pendapat mengenai suatu hal yang harus dikelola bersama. 

Namun dalam pertengkaran itu, mereka akan mencari solusi yang terbaik bagi kedua belah pihak. Istilahnya, win-win solution, dua-duanya sama-sama enak.

Kalau istri sedang mendapat masalah, sudah sepatutnya suami memberi saran dan turut mencari solusi. Begitu pula ketika suami mendapat masalah, istri memberikan dukungannya. 

Pasangan Garwa, lebih suka melakukan segala sesuatu bersama-sama. Ia tidak suka sendirian, merasa kesepian jika pasangannya tidak ada, seperti kehilangan sesuatu. 

Bagaimana bisa menjadi pasangan Garwa

Kadang, tidak secara otomatis bahwa pasangan kita merupakan sigaran nyawa. Masingmasing harus berusaha untuk membuat rumah tangga menjadi sumber kebahagiaan untuk keduanya. Ada pengorbanan yang harus dilakukan.

Kuncinya sbb:

1. Saling memberikan yang terbaik, bukan menuntut. Kita tidak perlu menuntut pasangan untuk melakukan sesuatu, apalagi sampai memaksakan hal di luar kemampuan dia. Tuntutan-tuntutan hanya akan membuat pasangan mu depresi.

Seandainya kedua orang tersebut, baik suami maupun istri, memiliki kesadaran untuk memberikan versi terbaik dari dirinya, maka tidak ada yang bakal kecewa atau marah. Tapi di sisi lain, juga mengerti apa yang menjadi kekurangan pasangan.

2. Memupuk rasa cinta dan kasih sayang. Perasaan manusia bisa datang dan pergi. Karena itu harus dijaga dan dirawat, ibaratnya memberi pupuk untuk tanaman.

Sebagai contoh, beri perhatian kepada pasangan. Hal kecil bisa menjadi sangat berarti bagi dia. Misalnya, suami memuji masakan istri. Atau sebaliknya istri memuji penampilan suami.

3. Suami istri adalah partner. Sekali lagi buang jauh-jauh bahwa salah satu pasangan kedudukannya lebih tinggi. Memang benar bahwa lelaki adalah imam dalam rumah tangga, seperti yang diajarkan dalam agama. Tapi itu bukan berarti suami superior terhadap istri. 

Dalam berumah tangga, lakukan segala sesuatu bersama-sama. Misalnya dalam mengasuh dan mendidik anak-anak. Kalau suami senggang, gantikan posisi istri menjaga anak-anak. Begitu pula dengan pekerjaan di rumah, menyapu, mencuci dan pekerjaan-pekerjaan lainnya bisa dikerjakan secara bergantian atau bersama-sama. 

Keharmonisan suami istri berpengaruh besar terhadap kebahagiaan anak-anak. Mereka akan menjadikan orang tua sebagai idola, bukan orang lain. Siapa pun akan merasa betah di rumah jika dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang.

Dengan demikian, maka hampir mustahil timbul kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Semua saling menyayangi, tidak akan tega untuk menyakiti. 

Di bulan kasih sayang ini, marilah bercermin, apakah telah menjadi pasangan Garwa? Kalau begitu, tentu say no to KDRT. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun