Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Cicip Kuliner Imlek Halal di Bojong Gede

23 Januari 2023   14:41 Diperbarui: 24 Januari 2023   07:58 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalian tahu bagaimana pasukan KPK menggerebek tempat kuliner, pastinya seru dong. Apalagi dalam momen hari raya Imlek yang telah dijadikan sebagai hari libur nasional.

Kemarin, Minggu 22 Januari 2023 bertepatan dengan hari raya Imlek. Sejumlah anggota KPK (Kompasianer Penggila Kuliner) melakukan icip-icip makanan khas Imlek yang halal di Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Lho, kok di Bojong Gede? Yup, ternyata di wilayah ini ada beberapa vihara yang tak banyak diketahui orang lain.

Berkumpul di stasiun Bojong Gede sekitar pukul 10 pagi, kepala suku, Rahab Ganendra telah menunggu. Kami naik taksi online ke vihara Budha Dharma & 8 PO Sat atau yang lebih dikenal dengan sebutan vihara Budha tidur. Jaraknya memang tidak begitu jauh dari stasiun, hanya 20 menit perjalanan dengan mobil. 

Kopi Tiam 89 Ci Elis

Nah, berseberangan dengan vihara Budha tidur, terdapat sebuah warung kopi tradisional, namanya Kopi Tiam 89 Ci Elis. Pemilik warung ini adalah Cici Elis (Cici merupakan panggilan untuk wanita keturunan Tionghoa).  Warung ini selain menjual sembako, juga menjual aneka makanan khas oriental. 

Ci Elis (dok.pri)
Ci Elis (dok.pri)

Ci Elis, generasi ke 5 dari kakek buyutnya, penduduk kampung Jati, desa Tonjong. Boleh dikatakan, kampung Jati yang mereka tempati terdiri dari keluarga besar mereka. Luasnya sekitar 10 hektar. Mereka telah berbaur dengan penduduk pribumi dan berasimilasi. Karena itu, dagangan di warung juga menyesuaikan dengan kebutuhan warga setempat. 

Meski didominasi keturunan Tionghoa, jangan kuatir, makanan di warung Ci Elis dijamin halal. Ci Elis sendiri tidak makan daging babi atau yang diharamkan lainnya. Bahkan menggunakan minyak juga tidak ada yang mengandung sesuatu yang haram. Ci Elis hanya makan daging ayam.

Bakpao isi daging ayam dan kopi (dok.pri)
Bakpao isi daging ayam dan kopi (dok.pri)

Pertama-tama kami disuguhi minuman, 4 orang mendapat minuman markisa yang dipetik dari kebun belakang rumah. Saya tetap minum es kopi Gayo gula aren. Sisanya memilih jus jeruk dan jambu. Setumpuk bakpao terlihat di meja. Isinya daging ayam, kacang merah, kacang hijau dll. Saya mengambil bakpao isi daging ayam.

Pangsit rebus (dok.pri)
Pangsit rebus (dok.pri)

Ci Elis juga menyajikan pangsit rebus. Ternyata pangsit rebus ini endeus, tidak seperti yang biasa saya temukan di resto atau warung lain. Ada kue-kue khas lainnya diletakkan dalam piring. Misalnya lapis legit yang melambangkan rezeki yang berlapis-lapis (bertambah), serta kue keranjang yang lengket melambangkan eratnya persaudaraan. 

Lapis legit dan kue keranjang yang sudah diiris (dok.pri)
Lapis legit dan kue keranjang yang sudah diiris (dok.pri)

Sedangkan makanan berat atau makanan utama yang tersedia adalah nasi goreng kunyit dan bakmi ayam. Nasi goreng kunyit ini dicampur rempah-rempah yang dahulu juga digunakan sebagai obat. Tetapi agar lebih ramah di lidah, beberapa campuran dihilangkan seperti daun mengkudu yang terasa pahit. 

Nasi goreng kunyit (dok.pri)
Nasi goreng kunyit (dok.pri)

Tiga vihara 

Di sisi lain kami juga berkunjung ke vihara Budha tidur. Banyak orang yang berdatangan untuk berdoa. Asap Ohio dan lilin besar mengepul tipis memenuhi udara. Tapi kami tidak mengganggu dan mereka juga tidak terganggu. 

Vihara Budha tidur (dok.pri)
Vihara Budha tidur (dok.pri)

Selain Budha tidur, di bagian samping terdapat tempat untuk berdoa kepada 8 dewa. Salah adalah Dewi Kwan Im. Terdapat pula guci besar yang merupakan tempat pembakaran abu. 

Vihara Naca (dok.pri)
Vihara Naca (dok.pri)

Vihara kedua lokasinya agak jauh dari vihara Budha tidur, jaraknya sekitar 900 meter dengan melewati kuburan Cina. Vihara ini namanya vihara Naca, dibangun oleh sebuah keluarga. Vihara Naca agak unik, karena setelah dari gerbang, kita naik tangga dulu. Tempatnya tidak besar, tapi cukup menarik. 

Vihara Sian Ji PO (dok.pri)
Vihara Sian Ji PO (dok.pri)
Vihara ketiga berlokasi sekitar 200 meter dari vihara Naca. Jalanan agak menurun, lalu kita akan menemukan area yang luas. Vihara ada di atas, kita menaiki tangga ke sana. Di sampingnya ada padepokan Semar. Di sini suasananya melangut dengan kencangnya angin bertiup. 

Logo KPK (dok.kpk)
Logo KPK (dok.kpk)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun