Ci Elis juga menyajikan pangsit rebus. Ternyata pangsit rebus ini endeus, tidak seperti yang biasa saya temukan di resto atau warung lain. Ada kue-kue khas lainnya diletakkan dalam piring. Misalnya lapis legit yang melambangkan rezeki yang berlapis-lapis (bertambah), serta kue keranjang yang lengket melambangkan eratnya persaudaraan.Â
Sedangkan makanan berat atau makanan utama yang tersedia adalah nasi goreng kunyit dan bakmi ayam. Nasi goreng kunyit ini dicampur rempah-rempah yang dahulu juga digunakan sebagai obat. Tetapi agar lebih ramah di lidah, beberapa campuran dihilangkan seperti daun mengkudu yang terasa pahit.Â
Tiga viharaÂ
Di sisi lain kami juga berkunjung ke vihara Budha tidur. Banyak orang yang berdatangan untuk berdoa. Asap Ohio dan lilin besar mengepul tipis memenuhi udara. Tapi kami tidak mengganggu dan mereka juga tidak terganggu.Â
Selain Budha tidur, di bagian samping terdapat tempat untuk berdoa kepada 8 dewa. Salah adalah Dewi Kwan Im. Terdapat pula guci besar yang merupakan tempat pembakaran abu.Â
Vihara kedua lokasinya agak jauh dari vihara Budha tidur, jaraknya sekitar 900 meter dengan melewati kuburan Cina. Vihara ini namanya vihara Naca, dibangun oleh sebuah keluarga. Vihara Naca agak unik, karena setelah dari gerbang, kita naik tangga dulu. Tempatnya tidak besar, tapi cukup menarik.Â