Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tiga Kegiatan Memacu Adrenalin di Arjuna Bootcamp

29 November 2022   07:00 Diperbarui: 29 November 2022   12:51 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di bawah tebing batu (dok.elisakoraag)

Kemping bukan sekedar tidur di tenda ya. Di Arjuna bootcamp, bisa banget bikin kegiatan yang bermanfaat bagi kita. Terutama untuk melatih fisik dan mental agar lebih tangguh dalam menghadapi masa depan tanpa si dia, eh maksudnya menghadapi berbagai persoalan kehidupan. 

Nah, kami juga begitu. Pukul 05.30 pagi sudah berkumpul mau melakukan treking yang tidak terlalu jauh. Mungkin hanya sekitar tiga kilometer saja. Sebetulnya bisa sih lebih jauh lagi, cuma kondisi fisik setiap orang berbeda. Kuatir ada yang tidak kuat nantinya. Apalagi ternyata treking ini bareng ibu-ibu (baca emak-emak) kepala sekolah TK di Bekasi. 

Mulai treking (dok.pri)
Mulai treking (dok.pri)

Treking 

Matahari sudah terbit sejak tadi, karena itu langit sudah cerah. Keluar dari area bootcamp Arjuna Lokananta Dua, jalan yang dilalui langsung menanjak. Ini tentu saja menguras tenaga dan membuat nafas terengah-engah. Kuncinya, jangan banyak bicara selama menanjak karena menghabiskan energi. 

Sayangnya rombongan emak-emak itu tetap saja ramai berceloteh sambil selfie. Mereka pun mudah lelah, lambat baru tiba di atas. Saya menunggu bersama Pak Unggul yang memimpin treking ini. Kenapa harus ditunggu? Karena ada jalan terbagi dua, satunya menyimpang sehingga mereka bisa salah jalan.

Kemudian kami melewati beberapa villa milik orang lain. Kebanyakan pemilik villa ini adalah orang Jakarta. Tanahnya luas-luas, ada yang disewakan dan ada yang tidak. Lalu kami melewati Arjuna Lokananta Satu yang tidak sebesar area Lokananta Dua. Saat itu tampak kosong, belum ada pengunjung.

Latar belakang gunung Pangrango (dok.pri)
Latar belakang gunung Pangrango (dok.pri)

Setelah beberapa puluh meter, kami berbelok ke kanan. Ternyata jalan mulai menurun tajam. Untunglah jalan ini tidak licin karena menggunakan konblok. Jalan ini dibuat oleh tim Arjuna yang menghubungkan dua desa. 

Di bawah, kami melihat sungai kecil penuh batu-batu besar. Menurut pak Unggul, sungai ini adalah sungai purba. Dahulu penuh dengan air, sekarang kering karena banyak yang menyedot air. Apalagi tak jauh dari lokasi itu, ke arah hulu, ada perusahaan air mineral kemasan terkenal. 

Jalan mendatar sejajar dengan sungai kecil tersebut. Aku menikmati udara segar yang sulit didapat di perkotaan. Selanjutnya jalan terbagi dua lagi. Ke kiri adalah jalan yang menurun, ke kanan justru menanjak. Ternyata yang ke kanan menuju sebuah petilasan yang dipercaya memberikan sukses bagi artis dangdut. Ada yang mau mencoba? Boleh saja datang ke sini. 

Aku memilih trek ke bawah dengan kondisi jalan agak mencemaskan. Soalnya ada bekas longsor dan keretakan di beberapa tempat. Bahkan ada pula yang runtuh ke jurang di sebelah kiri. Aku pun berhati-hati sambil berdoa di dalam hati. 

Treking menurun (dok.ednadus)
Treking menurun (dok.ednadus)

Tak berapa lama jalan berubah menjadi lebih curam. Dua ranger muda yang membantu pak Unggul segera menyiapkan tali panjang, diikat ke batang pohon yang kuat. Tapi itu mencegah kita terperosok ke jurang, kalau kita tidak kuat menahan berat badan. 

Aku terus saja melanjutkan treking sendirian. Soalnya aku mudah merasa bosan karena yang lain berjalan lambat. Setelah itu aku menemukan tebing berbatu. Di sini baru aku duduk menunggu sambil memperhatikan keadaan sekitar.

Di bawah tebing batu (dok.elisakoraag)
Di bawah tebing batu (dok.elisakoraag)

Akhirnya dua teman, Elisa dan Hida datang menyusul. Kami sempat berfoto dengan latar belakang tebing batu tersebut. Mas Ony kemudian muncul dan kami berbarengan lagi menyusuri jalan. Di bawah terdengar suara mesin. Eh ternyata ada mobil ATV datang. Ada Pak Arjuna mengendarai mobil Komodo yang digunakan untuk rescue. 

Pak Arjuna bersama Pak Sutiono di sampingnya. Rupanya Pak Sutiono yang memang sudah lansia dan baru sembuh dari sakit, tidak ikut treking tapi menyusul ikut naik Komodo. Sedangkan dua ATV dikendarai oleh ranger lainnya. 

Naik Komodo (dok.koteka/Ony Jamhari)
Naik Komodo (dok.koteka/Ony Jamhari)

Mobil Komodo ini bukan mobil sembarangan, melainkan produk PT Pindad yang diekspor ke berbagai negara. Harganya sekitar Rp.700.000. 000,-. Keren banget kan, makanya aku ingin juga naik mobil rescue ini. 

Tapi naik ATV juga tak kalah menarik. ATV lebih ringan dibawa dan mudah mengendarainya. Kalau lelah treking, gunakan saja ATV untuk menjelajah area bootcamp atau mengitari desa. Kami berfoto-foto dulu dengan kendaraan-kendaraan tersebut. 

ATV (dok.pri)
ATV (dok.pri)

Aku melanjutkan treking lagi sendirian. Tak tahunya treking telah menembus jalan masuk area bootcamp Lokananta Dua dari arah bawah. Jadi di sini juga ada pintu gerbangnya yang menuju ke atas. Aku pun melompati sisi pintu gerbang dan masuk ke dalam. Aku sudah hampir tiba di atas ketika teman-teman muncul di bawah. Dari atas aku melambaikan tangan sambil duduk istirahat di kedai  1311.

Halang rintang

Sesudah istirahat dan sarapan, kami mencoba uji nyali dengan halang rintang. Sebetulnya ini bagian dari outbound, hanya saja tidak begitu lengkap. Cuma melompati deretan ban, pagar tali dan merayap di bawah kawat. Yup, agak mirip dengan latihan militer juga. 

Halang rintang (dok.ednadus)
Halang rintang (dok.ednadus)

Annisa, kompasianer Bogor yang pertama mencoba. Sayangnya dia takut ketinggian, berjam-jam hanya "nyangkut" di atas, tak berani melewati halangan kayu bertali tersebut. Aku pun melewati halangan tersebut dengan cukup mudah. Begitu pula teman-teman yang lain.  

Ada dua menara pandang di masing-masing ujung area halang rintang. Wah, dari atas menara, pemandangan terlihat sangat menakjubkan. Memang tangga besi untuk naik agak menyulitkan, jaraknya terlalu jauh. 

Balapan ATV

Ini sebenarnya tidak begitu sulit, tapi cukup seru. Ada sekitar 40 ATV tersedia di sini. Jadi cukup untuk orang-orang yang ingin balapan. Satu ATV disewakan seharga Rp.100.000,- . Tidak usah jauh-jauh, balapan keliling area bootcamp saja yang luasnya 12 hektar. 

Balapan ATV (dok.ira)
Balapan ATV (dok.ira)

Aku tidak tertarik untuk balapan karena kurang memacu adrenalin. Namun Annisa, mas Ony Jamhari dan Ira Lathief menyukainya. Mereka yang balapan ATV. Sedangkan yang lain mulai mandi dan bebenah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun