Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jejak Sejarah di Pulau Penyengat Tidak Hanya Makam Raja Ali Haji

20 November 2022   18:16 Diperbarui: 20 November 2022   21:38 2218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau sedang bertandang ke Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, saya pasti menyempatkan diri ke pulau Penyengat. Meski telah beberapa kali ke pulau kecil ini, saya tidak pernah bosan. Lagipula, mengelilingi pulau Penyengat hanya butuh waktu dua atau tiga jam saja. 

Dermaga ke Penyengat (dok.pri)
Dermaga ke Penyengat (dok.pri)

Pulau penyengat hanya berjarak sekitar dua kilometer dari tepi laut Tanjung Pinang. Ada dermaga kecil di sebelah pelabuhan Bintan Pura yang menuju Batam dan Singapura. Dari dermaga ini kita harus naik perahu pompom selama 20 menit. Tiketnya Rp. 8.000 per orang, murah kan. 

Naik perahu pompom (dok.pri)
Naik perahu pompom (dok.pri)

Pada zaman dahulu, Riau dan kepulauan Riau masih menjadi satu, yaitu Riau. Bahkan merupakan satu kerajaan dengan Johor. Pemerintahan berpusat di pulau Penyengat ini yang memiliki panjang 2000 meter dan lebar 850 meter. 

Becak motor dari belakang (dok.pri)
Becak motor dari belakang (dok.pri)

Setelah turun dari pompom, untuk mengelilingi pulau lebih praktis menggunakan becak motor. Bayarnya Rp. 40.000,- dengan kapasitas dua orang. Tapi cukup luas area kaki jika ada anak-anak yang ikut.

Masjid raya Sultan Riau (dok.pri)
Masjid raya Sultan Riau (dok.pri)

Sebelum naik becak motor, singgah dulu ke masjid raya Sultan Riau. Masjid ini sangat bersejarah, dibangun pada masa Raja Haji Fisabilillah. Uniknya tidak menggunakan perekat semen, tetapi memakai putih telur. Masjid ini masih kokoh sampai sekarang. Di dalam masjid juga terdapat Alquran pusaka yang usianya juga berabad-abad. 

Makam Raja Ali Haji 

Naik becak motor dengan trek yang tidak seberapa besar. Memang tidak ada kendaraan lain kecuali motor. Persinggahan pertama adalah kompleks makam Raja Ali Haji. Ini adalah kompleks makam utama.

Raja Ali Haji lahir pada tahun 1809, keturunan Bugis -Melayu. Ia ikut menunaikan ibadah haji bersama ayahnya pada usia muda, tahun 1821  berusia 13 tahun. Raja Ali Haji  ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah pusat pada tahun 2004. 

Beliau yang membakukan bahasa Melayu, induk dari bahasa Indonesia. Selain itu menulis sejarah Bugis -Melayu di Riau . Karya sastranya yang terkenal adalah Gurindam 12 pasal yang mengandung nasihat kehidupan, diciptakan tahun 1847. Raja Ali Haji seorang pujangga yang juga mendapat julukan Bapak Bahasa.

Namun Raja Ali Haji ditetapkan sebagai pahlawan bukan hanya karena berjasa di bidang bahasa dan sastra. Dia juga melakukan perlawanan kepada penjajah Belanda yang berusaha memasuki Riau. Ada benteng pertahanan di tengah pulau Penyengat. Raja Ali Haji meninggal di pulau ini sekitar tahun 1873.

Makam Raja Ali Haji (dok.pri)
Makam Raja Ali Haji (dok.pri)

Makam Raja Ali Haji sendiri ada di bagian luar dekat pintu gerbang. Sedangkan di dalam rumah (ruangan khusus) adalah makam Raja Hamidah, yang merupakan Tante dari Raja Ali Haji. Di dalam ruangan Raja Hamidah, dindingnya dipenuhi gurindam 12 pasal. 

Makam Raja Hamidah (dok.pri)
Makam Raja Hamidah (dok.pri)

Ada seorang kuncen (penjaga makam) yang akan menjelaskan sejarah tentang kesultanan Riau, terutama keluarga Raja Ali Haji. Nah, sebaiknya kita memberi sumbangan seikhlasnya kepada kuncen tersebut. 

Jangan lupa juga berdoa di sana. Menurut kuncen, berdoa di sana Insya Allah makbul karena mereka adalah para waliyullah. Boleh percaya boleh tidak. Kalau saya, jelas mendoakan beliau-beliau untuk mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT.  

Lalu kita melanjutkan perjalanan dengan becak motor. Banyak kompleks makam raja-raja lainnya, tapi karena sudah pernah beberapa kali, saya tidak mampir. Kita juga melewati istana kantor. Istana ini yang menjadi pusat pemerintahan kesultanan Riau, masih kokoh meski tidak boleh dimasuki pengunjung. 

Balai adat Melayu

Persinggahan yang menarik adalah ke balai adat Melayu yang letaknya juga di depan pantai. Balai adat ini dahulu merupakan tempat warga masyarakat menyampaikan pendapat kepada Sultan. Di sini pula pertemuan para pejabat kerajaan untuk membicarakan permasalahan yang ada di masyarakat. 

Di balai adat ini terdapat buku-buku sejarah dan sastra Melayu. Jadi kalau ingin mendalami bahasa dan sastra Melayu, datanglah ke pulau Penyengat. Terutama untuk para mahasiswa jurusan sastra Melayu. 

Saya duduk di tempat Raja dengan baju adat (dok.pri)
Saya duduk di tempat Raja dengan baju adat (dok.pri)

Bagi wisatawan, hal yang menarik adalah Balairung tempat Raja yang bernuansa kuning keemasan.  Pakaian menentukan derajat kebangsawanan. Raja biasanya menggunakan warna kuning emas. 

Kalau mau foto dengan baju adat, telah tersedia di sana. Baju adat disewakan seharga Rp.25.000. Jangan kuatir, nanti dibantu pakai oleh seorang ibu yang menjaga. 

Bukit kursi

Kalau belum lelah, kita bisa naik bukit kursi. Di atas bukit ada benteng pertahanan yang dilengkapi meriam. Kita melewati kompleks makam lain untuk menuju ke sana. Kalau sedang sepi, suasananya cukup menggetarkan. 

Meriam di bukit kursi (dok.pri)
Meriam di bukit kursi (dok.pri)

 Benteng dikelilingi parit yang dalamnya sekitar tiga meter. Ada sebuah gazebo yang dibuat untuk pengunjung. Di setiap pojok ada sebuah meriam kuno. Nah dari atas itu tampak pemandangan laut ke arah Batam dan Singapura. Jika kapal Belanda datang, pasti segera terlihat.

Sayangnya saat ini kondisi bukit kursi tidak terurus. Jembatan kayu yang menghubungkan telah lapuk, beberapa bagian patah. Jembatan ini menjadi berbahaya bagi wisatawan. Karena itu benteng pertahanan tersebut terpaksa ditutup. 

Jembatan kayu yang lapuk (dok.pri)
Jembatan kayu yang lapuk (dok.pri)

Dari bukit kursi, tinggal jalan beberapa puluh meter kembali ke dermaga. Saya sempatkan dulu salat di masjid raya Sultan Riau. Kebetulan sedang ada renovasi, temboknya mau dicat ulang.

Kalau tidak terburu-buru, santai sejenak di warung makan dekat dermaga. Banyak masakan seafood yang enak. Ikan-ikan itu dijamin segar, dari laut sekitar.

Seafood (dok.pri)
Seafood (dok.pri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun