Persinggahan yang menarik adalah ke balai adat Melayu yang letaknya juga di depan pantai. Balai adat ini dahulu merupakan tempat warga masyarakat menyampaikan pendapat kepada Sultan. Di sini pula pertemuan para pejabat kerajaan untuk membicarakan permasalahan yang ada di masyarakat.Â
Di balai adat ini terdapat buku-buku sejarah dan sastra Melayu. Jadi kalau ingin mendalami bahasa dan sastra Melayu, datanglah ke pulau Penyengat. Terutama untuk para mahasiswa jurusan sastra Melayu.Â
Bagi wisatawan, hal yang menarik adalah Balairung tempat Raja yang bernuansa kuning keemasan. Â Pakaian menentukan derajat kebangsawanan. Raja biasanya menggunakan warna kuning emas.Â
Kalau mau foto dengan baju adat, telah tersedia di sana. Baju adat disewakan seharga Rp.25.000. Jangan kuatir, nanti dibantu pakai oleh seorang ibu yang menjaga.Â
Bukit kursi
Kalau belum lelah, kita bisa naik bukit kursi. Di atas bukit ada benteng pertahanan yang dilengkapi meriam. Kita melewati kompleks makam lain untuk menuju ke sana. Kalau sedang sepi, suasananya cukup menggetarkan.Â
 Benteng dikelilingi parit yang dalamnya sekitar tiga meter. Ada sebuah gazebo yang dibuat untuk pengunjung. Di setiap pojok ada sebuah meriam kuno. Nah dari atas itu tampak pemandangan laut ke arah Batam dan Singapura. Jika kapal Belanda datang, pasti segera terlihat.
Sayangnya saat ini kondisi bukit kursi tidak terurus. Jembatan kayu yang menghubungkan telah lapuk, beberapa bagian patah. Jembatan ini menjadi berbahaya bagi wisatawan. Karena itu benteng pertahanan tersebut terpaksa ditutup.Â