Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pulo Geulis, Desa Wisata di Tengah Kota Bogor

4 November 2022   21:45 Diperbarui: 4 November 2022   22:22 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan masuk ke Pulo Geulis (dok.pri)

Banyak yang berasumsi bahwa desa wisata terletak di pedesaan yang ada di pelosok daerah. Padahal desa wisata juga bisa berlokasi di tengah kota. Sebagai contoh adalah Pulo Geulis, desa wisata salah satu andalan kota Bogor. 

Saya sendiri tak menyangka hal itu. Ternyata desa wisata ini sering saya lewati jika dari arah tugu Kujang ke stasiun Bogor. Desa ini "terselip" di tengah sungai Ciliwung. Untuk menuju ke sana, ada angkot kok. Jadi tidak sulit mencarinya. Cukup pesan ke supir angkot, minta diturunkan di jembatan Pulo Geulis.

Setelah turun dari angkot, ada gang menurun yang lanjut ke jembatan gantung. Ini adalah akses ke Pulo Geulis karena melewati aliran sungai Ciliwung. Sebetulnya dari atas, kalau menggunakan drone, Pulo Geulis adalah sebuah pulau berbentuk perahu. 

Dinamakan geulis karena konon dahulu ada seorang gadis yang cantik. Tapi bisa pula diartikan sebagai pulau yang indah. Pulo Geulis ditemukan oleh seorang Belanda bernama Abraham yang keturunannya masih ada hingga kini. Namun sesungguhnya pulau ini sudah ada sejak zaman kerajaan Pajajaran. Ada bukti prasasti di dalam kelenteng di Pulo Geulis. 

Dewa Pan Kho di dalam kelenteng (dok.pri)
Dewa Pan Kho di dalam kelenteng (dok.pri)

Kalau mau ke Kelenteng Pan Kho Bio harus menyusuri  gang berkelok-kelok . Kelenteng ini tidak besar, tapi cukuplah untuk peribadatan. Kelenteng ini juga lambang persatuan. Di dalamnya, bagian belakang ada mushola bagi kaum muslim yang berkunjung.

Prasasti peninggalan kerajaan Pajajaran (dok.pri)
Prasasti peninggalan kerajaan Pajajaran (dok.pri)

Sebagaimana kelenteng lainnya, ada barongsai yang menyemarakkan peringatan Imlek dan cap go meh. Barongsai ini dimandikan atau dibersihkan di sungai Ciliwung. 

Kaum keturunan Tionghoa dan penduduk Sunda berbaur dan menyatu dalam keseharian. Mereka saling bantu membantu, bergotong royong demi kemajuan desa. Pada perayaan Imlek dan Cap go meh, masyarakat sekitar membuat makanan dan kerajinan yang dapat dijual kepada para pengunjung. 

Makanan produk UMKM (dok.pri)
Makanan produk UMKM (dok.pri)

Desa wisata memang merupakan program pemerintah untuk meningkatkan perekonomian rakyat Indonesia. Apalagi setelah pandemi selama dua tahun, rakyat membutuhkan suntikan untuk bangkit dan berdaya.

Seperti halnya yang dilakukan oleh Adira Finance yang telah mengangkat desa wisata Rejowinangun di Jogjakarta. Desa wisata ini adalah desa  ramah berkendara, selain memiliki potensi lainnya. 

Desa wisata lain perlu sentuhan agar bisa seperti Rejowinangun. Begitu pula dengan desa wisata Pulo Geulis di kota Bogor ini. Hanya saja, justru di Pulo Geulis, orang tidak memerlukan kendaraan, tapi lebih banyak berjalan kaki melalui gang-gang kecil. 

Kemajuan desa wisata Rejowinangun dapat dilihat di akun Instagram adira finance. Bisa juga ke website Adira Finance

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun