Arab Saudi memainkan peran yang cukup cantik dalam konflik Rusia-Ukraina. Arab Saudi tidak pernah terang-terangan melakukan konfrontasi dengan Rusia. Di sisi lain, Arab Saudi berteman akrab dengan Amerika Serikat.Â
Baru-baru ini, putra mahkota kerajaan Arab Saudi, Mohammad bin Salman telah memberikan bantuan senilai USD 400 juta untuk Ukraina. Presiden Ukraina Zelensky sangat berterimakasih. Dia berharap Arab Saudi terus membantunya melawan Rusia. Arab Saudi mendukung resolusi PBB dengan menolak klaim Kremlin atas empat wilayah Ukraina yang dikuasainya.Â
Di atas kertas, tampaknya Arab Saudi menjadi penyokong Amerika Serikat dan sekutunya untuk masalah Ukraina. Namun sebenarnya Arab Saudi mengamankan posisinya sendiri.Â
Arab Saudi mendorong OPEC (organisasi negara-negara penghasil minyak dunia) untuk memotong produksi sebesar dua juta barel perhari. Keputusan ini justru menyulitkan negara-negara Barat. Mereka sangat membutuhkan pasokan minyak dan gas.Â
Konflik Rusia-Ukraina berdampak pada jaminan pasokan minyak dan gas. Eropa menjatuhkan sanksi pelarangan ekspor minyak dan gas dari Rusia. Padahal mereka bergantung pada negara beruang merah tersebut.Â
Sekarang saja sebagian wilayah Eropa sudah mengalami kesulitan listrik akibat berkurangnya pasokan dari Rusia. Mereka bakal kewalahan menghadapi musim dingin yang sudah di depan mata. Kini, harapan untuk bertahan semakin tipis karena OPEC juga membatasi produksi.Â
Amerika Serikat pun menyadari bahaya yang mengancam dengan berkurangnya produksi OPEC. Karena itu, Biden menemui putra mahkota Mohammad bin Salman agar menunda pemotongan produksi minyak.Â
Ada beberapa pertimbangan mengapa Arab Saudi mengurangi produksi minyak. Pertama, untuk menjaga stabilitas harga minyak dunia yang turun. Rusia menjual minyak lebih murah dan memproduksi lebih banyak ke negara-negara yang masih menjadi pendukungnya.Â
Kedua, cadangan minyak dunia semakin menipis. Jika tidak dikendalikan maka dalam waktu yang tidak lama lagi, dunia akan kehabisan bahan bakar. Sedangkan sumber energi terbarukan belum bisa dipastikan dapat menyuplai kebutuhan masyarakat internasional.Â
Ketiga, Arab Saudi juga mempersiapkan pertahanan menghadapi resesi ekonomi global tahun depan. Meskipun negara kerajaan ini tidak akan jatuh bangkrut, tetap saja harus melakukan langkah-langkah penanganan dengan mengamankan sumber penghasilan utama.Â