Namun bapak tersebut tidak hanya pandai membuat wayang. Dia juga membuat beberapa souvernir dari tempurung kelapa dan bambu yang dijual cukup murah. Ada gelas bambu hanya sepuluh ribu saja. Kerajinan tangan lainnya adalah gayung dan teko tempurung kelapa.Â
Sate Maranggi
Apalah artinya ke Purwakarta kalau tidak makan sate Maranggi. Kami pun dibawa ke kampung Maranggi Plered untuk makan siang dengan sate Maranggi. Lokasinya ada di sebelah stasiun Plered.
DI sini berjejer para pedagang sate Maranggi. Kami mengikuti pilihan panitia di sebuah kedai yang ada di tengah-tengah. Kami duduk lesehan dan menanti pesanan. Semua lahap memakan sate Maranggi dengan nasi timbel. Kami berebut menghabiskan sate Maranggi. Memang rasanya lezat dan maknyus. Selain sate, kamu juga mencicipi semangkuk sup tulang.Â
Keramik Plered
Nah, sejak dahulu Plered terkenal sebagai penghasil keramik. Almarhumah ibu saya pernah membeli guci besar hanya Rp.50.000,-. Padahal sekarang harganya ratusan ribu Rupiah. Kebetulan kami diajak ke tempat pembuatan keramik Plered.Â
Di galeri keramik, terdapat banyak contoh produk keramik. Ada patung, pot bunga, meja, kursi dan sebagainya. Pak Jujun Junaedi memberikan keterangan tentang pembuatan keramik di Plered ini. Menurut dia, keramik Plered dikirimkan ke berbagai daerah, termasuk ibukota. Ada juga yang sudah sampai ke mancanegara.Â
Berada di pusat keramik tidak disia-siakan oleh mas Ony. Dia langsung berbelanja beberapa pot bunga yang  besar. Memang ketua Koteka ini gemar menata rumah dan menanam bunga.Â
Namun kami, kaum wanita yang biasanya tergiur dengan barang-barang seperti ini harus menahan diri. Soalnya membawa keramik cukup berat, tak mungkin jika nantinya menggunakan angkutan umum.Â