Saya menikmati suasana dengan duduk di tepi Kali Besar ( dahulu adalah kanal yang dimasuki kapal-kapal). Saya bersyukur bahwa gubernur DKI Jakarta melakukan renovasi sehingga tempat ini kembali indah. Soalnya selama beberapa dekade sempat menjadi kumuh, air sungai  selalu hitam dan bau.Â
Di seberang ada Toko Merah yang pernah menjadi tempat tinggal Gubernur Jenderal dan berubah menjadi toko. Sungai ini tadinya mau dijadikan bagian wisata juga dengan membuat anjungan. Sekarang tangganya ditutup dan digembok.Â
Kafe sunyi
Setelah itu kami ke kafe sunyi. Kenapa namanya seperti itu? Karena karyawan yang bekerja di sini ada penyandang disabilitas (tuna rungu). Bagi saya kafe ini termasuk hiden gem yang cukup menarik. Tempatnya di lantai atas, bersebelahan dengan MULA, coworking space.Â
Barista ada dua, satu laki-laki dan satu perempuan. Barista laki-laki ini ganteng dan tinggi lho, meskipun dia penyandang tuna rungu. Untuk berkomunikasi, kita belajar bahasa isyarat. Ada beberapa contoh bahasa isyarat yang digunakan memesan kopi, letaknya di atas meja.
Kafe sunyi menjadi tujuan akhir dari acara koteka trip hari itu. Teman-teman dipersilahkan pulang, sedangkan yang masih mau ngobrol, boleh juga tetap bersama mbak Gana dan Ira Lathief. Kebetulan mbak Gana ada janji pertemuan dengan Pak Tjipta.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H