Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Indonesia Tidak Perlu Menolak Kehadiran Putin di G20

24 Maret 2022   19:56 Diperbarui: 24 Maret 2022   20:07 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Rusia, Vladimir Putin (dok.trtworld)

Sangat menarik mendengar berita bahwa presiden Rusia Vladimir Putin akan menghadiri pertemuan G20 di Bali mendatang. Apakah ini kabar gembira atau sedih bagi Indonesia. Justru kita harus bergembira, di sini ada kesempatan untuk menunjukkan integritas NKRI.

Sudah santer reaksi dari negara-negara blok Barat, yaitu Amerika Serikat dan sekutunya. Banyak yang merencanakan untuk memboikot pertemuan tersebut. Kemungkinan wakil mereka tidak mau hadir jika ada Vladimir Putin. Sedangkan yang hadir, ingin memaksa agar menekan Rusia menghentikan serangannya terhadap Ukraina.

Bagaimana dengan sikap Indonesia sendiri? Kita jangan terpengaruh oleh gertakan negara-negara Barat.  Mereka tidak berhak melarang Indonesia mempersilakan Putin datang dalam sidang G20. Ini sepenuhnya merupakan kewenangan pemerintah Indonesia. Kalau mereka keberatan, itu bukan urusan Indonesia.

Mengapa begitu? Ada dua alasan utama:

1. Indonesia adalah pendiri Non-Blok.

Pada masa pemerintahan presiden pertama RI Soekarno, Indonesia membentuk gerakan Non-blok. Gerakan ini adalah organisasi negara-negara yang netral, tidak berpihak kepada blok Barat maupun Blok Timur.

Hal ini untuk mengantisipasi hegemoni negara-negara adidaya yang bernafsu untuk menguasai dunia. Kita menentang penjajahan dalam bentuk apapun. Karena itu dua kekuatan tersebut harus diseimbangkan dengan gerakan Non-blok.

Sebagian besar anggota gerakan Non-blok adalah negara-negara dari Asia Afrika yang sudah mengalami kepahitan dijajah bangsa lain. Karena itu diharapkan gerakan Non-blok bisa meminimalisir dampak benturan dua kekuatan tersebut. 

2. Indonesia menganut politik luar negeri yang bebas dan aktif.

Politik bebas dan aktif, maksudnya adalah menentukan sendiri sikap terhadap situasi internasional tanpa ada pengaruh atau paksaan dari negara lain. Negara adidaya pun tak berhak menekan pemerintah Indonesia untuk mengikuti mereka.

Selain itu, sikap Indonesia adalah tidak mencampuri urusan negara lain. Jika ada negara yang bermasalah, hal itu merupakan masalah dalam negeri mereka. Indonesia tidak akan ikut campur.

Jadi, kita tidak perlu hiraukan ancaman dari negara-negara Barat yang tidak menginginkan kehadiran Putin. Kita punya landasan untuk menentukan sikap sendiri, lepas dari perseteruan blok Barat dan Blok Timur.

Dalam masalah Ukraina, Indonesia mendukung resolusi PBB. Namun hubungan bilateral antara Indonesia dan Rusia, tetap berjalan baik. Perlu diingat, kita membeli pesawat tempur dari Rusia, walaupun pernah juga membeli dari Amerika Serikat. 

Kerjasama ekonomi masih berlangsung. Indonesia tetap melakukan aktivitas ekspor impor ke banyak negara. Termasuk ke Rusia, Cina, Amerika Serikat, Eropa dan negara-negara lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun