Apa yang dikuatirkan oleh kaum perempuan Afghanistan telah terjadi. Penguasa Taliban mulai melakukan tindakan-tindakan yang merugikan mereka. Kini mereka dilanda kecemasan dan ketakutan.
Taliban memang tidak bisa dipercaya. Baru beberapa hari setelah pemimpin Taliban menjanjikan kehidupan yang moderat dan memberi keleluasaan pada perempuan, janji itu telah dilanggar. Dalam pola pikir Taliban, perempuan adalah budak yang harus patuh pada perintah mereka.
Perempuan-perempuan yang hendak pergi bekerja, telah dihadang prajurit Taliban. Mereka dilarang bekerja, harus kembali ke rumah tanpa penjelasan apapun. Kalau mereka memaksa, akan mendapat hukuman.
Alhasil, perempuan-perempuan yang semula mendapat kesempatan untuk mencari nafkah, menjadi pengangguran. Mereka tidak lagi bisa membantu perekonomian keluarga.Â
Itu baru permulaan. Berikutnya, pasukan Taliban memburu anak-anak perempuan untuk dipaksa menikah dengan mereka. Mereka butuh pelampiasan nafsu seks dan merasa bebas membawa anak perempuan yang diinginkan.
Para orang tua menjadi kuatir mengenai nasib anak-anak perempuan. Kalau tidak dituruti, anak-anak itu bisa diculik dan diperkosa sebagaimana yang sering terjadi. Perempuan hanya dijadikan budak seks.
Tokoh-tokoh perempuan ditangkap oleh pasukan Taliban. Seperti yang terjadi pada Salima Mazari, salah satu dari tiga gubernur perempuan di bawah pemerintahan yang dipimpin Ashraf Ghani.Â
Salima Mazari adalah perempuan pemberani, tidak gentar terhadap pasukan Taliban. Di saat pejabat pemerintah lainnya melarikan diri keluar negeri, ia memutuskan untuk tinggal. Padahal Ashraf Ghani pun kabur ke UEA sebelum jatuhnya Kabul ke tangan Taliban.
Maka, Salima Mazari tertangkap oleh pasukan Taliban. Kemungkinan ia akan mengalami nasib yang buruk karena pernah melatih 600 orang prajurit untuk melawan Taliban.Â
Pasukan Taliban tidak berhenti memburu pejabat pemerintah dan keluarganya. Mereka menggedor dari rumah ke rumah mencari orang-orang yang mendukung Ashraf Ghani. Kemarin, ada kerabat yang ditembak mati oleh Taliban.