Betapa berbahayanya orang yang tidak mengenal bangsanya sendiri yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Para pendiri bangsa (the founding father) sangat menghargai mereka, tetapi generasi muda zaman sekarang melecehkannya.Â
Betapa picik dan sempit pemikiran mereka, sebagaimana ditunjukkan wartawan tirto.id, M. Bernie yang menghina suku Baduy.
Sebagai sanksi, M. Bernie terpaksa mengundurkan diri dari media online tersebut. Tetapi cuitannya di Twitter sudah diabadikan dan tersebar. Dia menghina Presiden Jokowi, Suku Baduy dan masyarakat Banten.
Pendidikan tinggi, nilai akademis tinggi, tidak menjamin seseorang memiliki wawasan yang luas. Kalau dia hanya berkutat dengan media sosial tanpa pernah menjejakkan kaki di bumi Nusantara, berarti dia tidak tahu apa-apa.
Entah apa yang merasuki M. Bernie menjadi seorang rasis, mungkin dia penganut sistem khilafah. Jadi dia buta tentang suku-suku yang ada di negaranya sendiri.
M. Bernie menghina suku Baduy yang kadang terlihat berada di jalanan ibukota. Dia tidak tahu apa yang dilakukan orang-orang Baduy ketika sedang turun ke kota. Dengan menghina suku Baduy, M. Bernie justru menjadi orang yang sangat hina.
Ada beberapa hal yang membuat suku Baduy lebih mulia dari orang semacam M. Bernie:.
1. Tradisi Seba. Tradisi inilah yang menyebabkan laki-laki Baduy turun ke kota. Sekali dalam setahun, lelaki Baduy turun ke kota besar.
Untuk ke ibukota Jakarta, mereka membutuhkan waktu dua hari dengan berjalan kaki. Mengapa harus jalan kaki? Karena memang begitu adat yang harus diikuti, dan mereka kuat secara fisik.
Tradisi ini dimaksudkan agar lelaki Baduy mengetahui dunia luar, selain lingkungan tempat tinggal. Mereka belajar banyak hal, bahkan juga bahasa Indonesia. Beberapa lelaki dari Baduy Dalam malah bisa berbahasa Inggris.
Mereka membawa madu sebagai bekal, jika membutuhkan uang maka madu itu dijual. Tetapi mereka bukan pengemis, menjual adalah pekerjaan halal.Â
2. Penjaga kelestarian hutan. Masyarakat suku Baduy merupakan orang-orang yang menjaga keseimbangan alam. Mereka tidak menebang pohon seenaknya, tidak membuang sampah sembarangan. Justru yang mengotori lingkungan adalah para pendatang atau wisatawan.
Masyarakat Baduy Dalam tidak menggunakan zat kimia. Mereka tidak memakai odol, sabun dan semacamnya. Bahkan mereka juga tidak menggunakan listrik.
3. Perilaku halus. Mereka, terutama masyarakat Baduy Dalam bertutur bahasa secara halus. Tidak suka menghina, berbohong atau merendahkan orang lain.Â
Tetapi jangan salah, jika ada wisatawan yang melanggar adat istiadat di sana, bakal ada sanksinya. Mereka teguh memegang adat istiadat.
4. Taat dan menghormati pimpinan. Tetua adat Baduy sangat dipatuhi oleh masyarakat Baduy. Boleh dikatakan dia adalah tokoh yang menjadi pemersatu, pengayom masyarakat Baduy.
Berbeda dengan orang luar yang merasa dirinya pintar, berani menghina seorang presiden yang Nita menjadi pemimpin sebuah negara. Masyarakat Baduy tidak pernah berbuat seperti itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H