Menyebarkan baliho dimana-mana untuk mendongkrak elektabilitas demi pemilu 2024 adalah suatu kemunduran cara berpolitik. Zaman sudah berganti tetapi mereka masih saja menggunakan pola pikir masa lalu, dengan strategi kedaluarsa.
Di sisi lain, ini membuktikan bahwa politisi tersebut sudah kehilangan hati nurani. Bayangkan, di masa pandemi seperti ini rakyat butuh nasi, bukan baliho. Sebaran baliho hanya mengundang rasa benci.Â
Beberapa hal yang seharusnya mereka pikirkan:.Â
Pertama, rakyat sedang kesulitan mencari makan. Para politisi ini justru membuang uang. Dana satu baliho bisa mencapai puluhan juta, apakah jika dipasang di tempat strategis.
Ketidakpedulian politisi terhadap kondisi rakyat justru membuat mereka kehilangan simpati. Diam-diam menumpuk kebencian kepada politisi yang terpampang di baliho tersebut.
Kalau mau dikenal masyarakat, turunlah ke bawah. Gunakan dana itu untuk membantu rakyat yang sedang kesulitan. Tanpa bendera atau pun kaos, orang akan tahu siapa yang memberi karena getok tular pasti terjadi.Â
Kedua, pemasangan baliho menimbulkan dampak buruk. Baliho merusak pemandangan dan menjadi polusi yang merusak bumi.
Ada baliho-baliho yang dipasang tidak semestinya. Biasanya kita mendapatkan pemandangan indah dari hijaunya pepohonan, atau bahkan sawah dan gunung, tetiba dirusak oleh baliho.
Setelah masa berlakunya baliho (pajak habis) baliho tersebut harus dibersihkan. Baliho tersebut menjadi sampah yang menumpuk, mengitari lingkungan.