Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayam Goreng untuk Nana

25 Juli 2021   16:54 Diperbarui: 25 Juli 2021   16:56 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ayam goreng (dok.detikfood)

Sani melangkah dengan gontai, pikirannya semrawut. Karena itu sambil menenangkan hati, ia berjalan melalui gang sepi yang jarang dilewati banyak orang. Sani berusaha mengalihkan perhatian kepada rumah-rumah yang dilaluinya.

Ternyata gang ini didominasi oleh deretan rumah kontrakan petak. Sebagian besar sudah berusia tua, tampak dari dinding yang kusam dan pintu yang lapuk. Tentunya harga sewa kontrakan di sini lebih murah, cocok untuk orang yang tak berpenghasilan tinggi.

Bagaimana pun Sani harus bersyukur, rumah kontrakan yang ditempatinya selama beberapa tahun terakhir cukup nyaman. Bukan rumah petakan, karena perabotan Sani lebih banyak. 

Dan menjelang lebaran Idul Adha, lebih baik memusatkan pikiran untuk beribadah. Sudah berapa besar pengorbanan untuk membuktikan dia sebagai hamba Allah yang baik?

Sambil mencoba untuk selalu berpikir positif. Tetiba langkah Sani terhenti mendengar suara percakapan dari rumah petak yang berada paling ujung. Rumah itu bersebelahan dengan kebun pisang yang tak terurus, entah milik siapa.

"Bu, Nana pengin makan ayam goreng. Itu yang seperti di KFC," kata seorang  anak  memelas pada ibunya.

"Ibu gak punya uang, nak. Ayahmu yang mencari nafkah kan sudah gak ada," jawab lirih ibunya.

"Oh ya. Ayah yang cari duit ya. Kenapa tega banget Corona membuat ayah meninggal dunia. Maaf Bu. Nana lupa".

"Nanti kapan-kapan kalau ibu dapat duit lebih dari mencuci pakaian tetangga, ibu belikan".

"Gak usah Bu. Nana gak jadi pengin ayam goreng. Ibu kan harus mengumpulkan uang untuk sekolah Nana."

Hati Sani teriris mendengar percakapan tersebut. Ya Allah, kasihan anak itu. Rupanya sang ayah meninggal dunia karena Covid 19. 

Sani tidak jadi pulang. Ia berbalik menuju jalan raya, mencari penjual ayam goreng terdekat. Dia lalu membeli beberapa potongan ayam goreng sekaligus. Sebelum menerima bungkusan, tak lupa Sani memoles tangannya dengan hand sanitizer.

Perlahan Sani mengetuk pintu rumah kontrakan petak tadi sambil mengucapkan salam.  Seorang ibu muda dengan daster lusuh membuka pintu dengan wajah heran. Anaknya, seorang gadis kecil, bersembunyi di belakang ibunya. Ibu muda itu merasa tidak mengenal perempuan yang memakai masker ganda di hadapannya.

"Waalaikumsalam. Ibu siapa ya? Ada apa?" Tanya dia bingung.

"Maaf Bu, tadi saya dengar putri ibu ingin makan ayam goreng. Kebetulan saya sudah membelinya. Ini buat Nana, putri ibu," jawab Sani ramah.

Wajah ibu muda itu berubah takjub. Tak menyangka ada orang yang berbaik hati membelikan ayam goreng untuk anaknya.

"Oh iya Bu. Aduh, terima kasih sekali, sahutnya gembira. Ia menarik tangan putrinya.

"Na, ini dibelikan ayam goreng".

Si gadis kecil menerima bungkusan ayam goreng dengan binar-binar di matanya. "Terima kasih, Bu. Nana bisa makan enak."

Sani tersenyum,"Yang sabar ya Bu. Cobaan hidup ini memang berat. Semoga Allah SWT melindungi kalian berdua."

"Terima kasih atas kebaikan ibu," kata ibu muda itu terharu.  

Sani merasa lega. Ia kemudian melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Tepat pada saat adzan Ashar berkumandang, Sani pun bersuci untuk segera menunaikan kewajiban salat.

Setelah itu Sani menghubungi salah satu keponakan kesayangannya melalui WA 

"Le, Tante baru saja SWAB. Ternyata hasilnya positif." Begitu pesan yang ditulisnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun