Aku mendengar langit riuh dengan doa. Pagi, siang, malam, setiap saat bergema. Dari jiwa-jiwa yang merasa hampa. Ketika nyawa seakan tiada lagi harganya.
Sementara malaikat maut rajin membaca. Catatan mengenai hamba-hamba yang harus menghadap-Nya. Entah si Fulan, mungkin aku, mungkin kamu dan mungkin dia. Tak pernah bertanya, apakah bekal kita sudah cukup untuk dibawa ke alam baka.
Dan di sana, di tengah keheningan, ada yang berbaris tiada daya. Sementara Munkar dan Nakir menghitung tanpa senyum di wajahnya. Bumi hanya terdiam menerima. Dengan selimut dingin merasuk sukma.
Aku mendengar langit riuh dengan doa. Dan aku bersimpuh selagi aku bisa. Mengingat dan menyebut nama Yang Maha Kuasa. Pasrah kepada kehendak Dia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H