Wabah pandemi Covid 19 ini memang membuat hati menangis, penderitaan bisa menimpa siapa saja. Sabtu 3 Juli dini hari, sebuah tragedi terjadi di dekat rumah kakak yang berada di Cibinong. Ada tetangga yang meninggal karena Covid 19 tapi tidak ada yang mau menolong.
Rumah kakak berada di kelurahan Ciriung, sekitar 200 m dari SMAN 1 Cibinong. Di sekitar rumah banyak terdapat rumah kontrakan petak yang disewa buruh pabrik. Sedangkan kakak saya adalah seorang guru.Â
Saya memiliki dua keponakan dari kakak ini, yang pertama perempuan dan menjadi nakes (tenaga kesehatan). Dia lulusan fakultas kedokteran universitas Soedirman Purwokerto. Adiknya lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan menjadi ustadz.
AR (pakai initial) bertugas sebagai nakes di Lebak. Kebetulan Jumat sore pulang ke rumah Cibinong. Sementara adiknya memang tinggal bersama ibunya, hanya terpisah pintu. KR, sudah berkeluarga dan mempunyai satu anak yang masih bayi.
Nah, Sabtu dini hari pukul 01.00 terdengar keributan di sekitar rumah. Keponakan saya terbangun dan melihat apa yang terjadi. Ternyata ada tetangga yang tinggal di kontrakan pingsan. Tetapi tidak ada yang berani mendekat dan menolong karena status dia isoman.
Dua anak laki-laki usia sekolah terdengar menangis kencang. Tak tega, maka keponakan saya bertekad untuk melihat keadaan mereka. Dengan menggunakan prokes, AR mendatangi rumah kontrakan walaupun tetangga meragukan. Mereka hanya menonton, termasuk Pak RT day Bu RT, tanpa tindakan apapun.
Keponakan saya segera memeriksa tubuh tetangga tersebut. Ia melihat kelopak mata dan denyut nadi. Ternyata tetangga ini sudah meninggal dunia. Innalilahi wa innailaihi Raji'un. AR segera menghubungi puskesmas, sayangnya puskesmas terdekat tidak responsif.
Untungnya kelurahan memiliki  ambulans yang bisa dipinjam warga. Ambulans ini didatangkan. Keponakan saya memberikan arahan agar bisa ke depan rumah kontrakan. Dua supir ambulans tersebut cukup sigap. Kebetulan ada cadangan hazmat.
AR dibantu adiknya, mereka menggunakan hazmat membawa jenazah ke RSUD Cibinong. Keponakan saya ini menghubungi teman dokternya di RS tersebut sehingga ketika tiba, sudah disambut oleh tim nakes yang menangani pasien Covid 19.
Jenazah dibawa masuk ke IGD, dilakukan pemeriksaan resmi dan dipastikan meninggal dunia. AR menghubungi keluarga dan kerabat dari pasien. Mereka akhirnya datang untuk menolong anak-anak pasien.
Selesai dengan urusan menolong tetangga, dua keponakan saya langsung test SWAB, Alhamdulillah negatif. Dua anak pasien juga diperiksa dan hasilnya negatif. Tetapi mereka tetap isoman ditemani kerabat. Kasihan mereka menjadi yatim piatu.