Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Belajar dari Suku Baduy, Tak Ada Kasus Covid-19 Meski Lebak Zona Merah

2 Juli 2021   14:43 Diperbarui: 2 Juli 2021   16:13 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah pernah ke pemukiman masyarakat Baduy yang ada di pegunungan wilayah kabupaten Lebak? Menurut dr Maytri Nurmaningsih, kepala puskesmas Cisimeut, tidak ditemukan kasus penularan Covid 19 di sana. Padahal kabupaten Lebak sendiri termasuk zona merah.

Mengapa bisa begitu? Tentu bukan karena mereka mempunyai ilmu kedigdayaan yang bisa melindungi dari virus Corona. Melainkan karena mereka adalah masyarakat yang  disiplin dan tertib.

Masyarakat suku Baduy sangat patuh pada perintah dan petuah kepala adat. Kalau pemimpin mereka tersebut melarang untuk berinteraksi dengan orang luar, maka mereka melaksanakannya.

Ketua adat suku Baduy luar dan Baduy dalam menerima anjuran dari pemerintah agar masyarakat Baduy menjaga diri. Mereka bukan hanya menjalankan protokol kesehatan tapi juga membatasi diri dari orang luar.

Masyarakat Baduy bukan orang bodoh, mereka juga belajar memahami fenomena alam. Walaupun mereka termasuk yang masih menganut animisme dan dinamisme, mereka justru lebih ketat dalam menjaga bumi ciptaan Tuhan.

Ketika saya ke pemukiman Baduy dalam tahun lalu, saya mengagumi pola hidup mereka yang sehat. Mereka tidak menggunakan sabun, odol dan sesuatu yang mengandung zat-zat kimia agar tidak merusak alam. Bahkan listrik pun tidak ada.

Makanan utama berasal dari tanah sekitar. Mereka menanam padi di tebing-tebing curam, dan tanaman buah-buahan. Hasil panen sebagian disimpan dalam lumbung padi. 

Begitu pula dengan musim berburu sekitar bulan Pebruari dan Maret, mereka menangkap hasil buruan seperti kijang dan diserahkan kepada ketua adat. Nanti ketua adat yang membagikannya.

Buah yang menjadi komoditi suku Baduy paling banyak adalah duren. Biasanya berlangsung sekitar bulan Desember hingga Pebruari. Kita bakal puas membeli langsung dan makan di sana.

Selain menjual hasil kebun, mereka juga menjual madu asli. Mereka mencari sarang lebah di pepohonan yang tinggi. Masingmasing keluarga memiliki hasil madu dari hutan di sekeliling pemukiman.

Penghasilan lain adalah kerajinan tangan. Ada yang berupa tas tali temali dari akar pohon, kain batik dan tenun Baduy serta ikat kepala.

Mereka tidak mengandalkan orang luar. Kalau dilarang ketua adat untuk tidak turun gunung, mereka harus patuh. Toh mereka bisa makan dari cadangan padi di lumbung dan hasil berburu.

Tubuh masyarakat suku Baduy sangat kuat dan gesit. Mereka sanggup naik turun gunung dengan membawa beban puluhan kilogram. Mereka berjalan kaki sangat cepat. Padahal untuk kita butuh 5 jam naik dari desa Ciboleger, Baduy luar hingga ke pemukiman masyarakat Baduy dalam.

Pemukiman Baduy luar (dok.pri)
Pemukiman Baduy luar (dok.pri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun