Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketahui, Beberapa Trik Pencopet di Angkutan Umum

15 Juni 2021   10:34 Diperbarui: 15 Juni 2021   10:40 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menggunakan moda angkutan umum menjadi kebutuhan masyarakat kelas menengah ke bawah. Bagaimana pun, ongkos murah menghemat pengeluaran sehari-hari. Tetapi kita harus mewaspadai si panjang tangan alias copet yang mengincar hape dan dompet di dalam tas.

Saya belum pernah kecopetan (mudah mudahan tidak pernah), tapi beberapa kali memergoki aksi pencopet. Sebetulnya saya juga pernah nyaris dicopet, beruntung saya segera mengetahuinya. 

Ada dua tipe pencopet, pertama adalah yang melakukan aksinya sendirian. Kedua, pencopet yang berkelompok. Tipe kedua ini lebih berbahaya. Karena mereka bisa berbuat apa saja jika ketahuan mencopet, termasuk melakukan kekerasan.

Di bawah ini cara pencopet melakukan aksinya:

1. Pencopet yang hanya mengandalkan kecepatan tangan. Dia tidak menggunakan trik khusus, tapi kelihaian tangan dalam membuka resleting tas dan mengambil dompet. Ini biasanya dilakukan pencopet yang sendirian.

Bila kita lengah, asyik melamun atau memperhatikan satu arah saja ke depan, pencopet akan mendekati perlahan dari belakang. Setelah itu tangannya segera beraksi dengan cepat, mengambil dompet atau hape. Setelah berhasil, ia segera turun di sebuah tempat. Kita baru sadar setelah kendaraan bergerak jauh 

Saya pernah nyaris kena copet ketika naik metromini. Saya berdiri karena tidak mendapat tempat duduk. Di tengah jalan, saya merasa ada tangan berusaha membuka tas yang tergantung di bahu sebelah kanan.

Refleks saya menoleh kepada si empunya tangan,"Mau apa buka tas saya?"

Suara saya datar dan dingin. Si copet  buru-buru menarik tangannya. Dia cengengesan salah tingkah, lalu melompat turun walaupun metromini sedang berjalan. Saya malas mengejarnya, toh dia tidak berhasil.

2. Menggunakan map atau tas besar untuk menutupi tangan yang sedang membuka tas si korban. Ini juga dilakukan oleh copet yang sendirian. Dia membawa map besar yang seperti kita menyimpan berkas.

Di Pasar Minggu saya melihat copet merapat ke penumpang yang hendak naik angkutan umum. Jarak antara dia dan korban ditutupi map yang dibawanya, sementara tangannya masuk ke dalam tas si korban. Beruntung hal itu diketahui sopir angkot dan buru-buru menjalankan mobilnya. Si copet gagal mengambil dompet.

Di atas bus dan kereta juga begitu, di saat penuh penumpang sangat wajar jika berdiri rapat berdesakan. Inilah peluang bagi copet, lebih mudah beraksi, menutupi tangan dengan map atau tas ransel.

3. Pura-pura muntah. Ini dilakukan oleh copet yang berkelompok. Penumpang hanya beberapa orang, tetiba di sebuah tempat naik tiga orang bersamaan.

Satu orang copet akan mendekati calon korban, duduk di sebelahnya. Di tengah jalan dia pura-pura mual dan mau muntah. Si calon korban yang kuatir kena muntahan menjadi panik. Saat itulah copet kedua beraksi.

Setelah berhasil mengambil sesuatu, copet kedua mengoper hasil jarahan ke orang ketiga. Lalu di sebuah tempat mereka turun, termasuk yang pura-pura sakit. Penumpang baru sadar setelah memeriksa tasnya.

4. Mengalihkan perhatian dengan membuat kehebohan. Ini juga biasa dilakukan copet berkelompok. Kalau di atas bus, bisa empat orang yang naik. Satu orang menjaga pintu belakang, satu lagi di depan, satu lagi bertugas mengalihkan perhatian penumpang dan satu lagi yang menjarah korban.

Bahayanya jika ketahuan, dua pencopet segera kabur melompat, yang menjaga pintu akan melakukan kekerasan kepada yang berusaha mengejar. Mereka juga berbekal senjata tajam. Setelah yakin tak ada yang berani mengejar, barulah mereka melompat turun.

Menjelang lebaran banyak copet berakhir. Di Depok misalnya, tiga orang copet beraksi di angkot 06 jurusan simpangan-terminal. Naik dari depan RS Hermina menuju terminal. Baru beberapa meter sudah beraksi.

Untungnya si korban memergoki. Copet pertama mengambil hape, diberikan pada copet kedua yang duduk dekat pintu. Lalu hape itu dioper ke copet ketiga yang duduk di samping sopir. Si korban menuduh, mereka marah dan membentak seolah tak bersalah.

Si korban meminta tolong penumpang lain miss call hapenya, ternyata deringnya ada di copet ketiga. Si korban serta Merta merebut hape di saku pencopet.

Kelompok itu turun sambil marah-marah karena gagal dalam aksinya. Untungnya mereka tidak melakukan tindakan kekerasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun