Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Manajemen Patah Hati di Bulan Ramadan

4 Mei 2021   13:59 Diperbarui: 4 Mei 2021   14:12 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (dok.viva.co.id)

Bulan Ramadan idealnya adalah saat untuk meningkatkan iman dan takwa. Tetapi ada yang terbalik, justru berbuat dosa dengan membunuh seseorang karena patah hati. Seorang perempuan bernama Nani Apriliani melakukan pembunuhan berencana, meski salah sasaran.

Kasus takjil beracun yang dilakukan karena patah hati ini adalah contoh bagaimana seseorang salah memanfaatkan Ramadan. Mungkin dia sudah gelap hati sehingga tak mampu berpikir secara jernih. Padahal bulan Ramadan ini bisa digunakan untuk mengobati luka hati.

Maka, bagi orang-orang yang beriman, pasti memanfaatkan Ramadan untuk segala hal, terutama meminta ampunan dan mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya. Kasih sayang Allah SWT akan mengobati luka hati  yang paling berat sekalipun.

Bagaimana bisa memanajemen patah hati di bulan Ramadan? Pertama, mohon ampun. Karena apa yang terjadi adalah akibat dari diri sendiri, mungkin banyak melakukan hal-hal yang tidak diperkenankan dalam agama.

Bersungguh-sungguh mohon ampun, tepatnya adalah tobat nasuha. Tentu dengan janji tidak akan melakukan lagi apa yang membuat murka Allah. Kita ini adalah makhluk yang kotor tanpa pengampunan dosa.

Bertobat  akan memberikan rasa lega dan damai di hati. Setelah itu kita merasa lebih tenang dengan melepaskan persoalan kepada Allah SWT. Jadi, masalah yang membuat gundah tidak perlu dipikirkan lagi.

Kedua, pasrah dan tawakal. Puasa mengajarkan kita untuk berserah diri kepada Allah. Ingatlah bahwa Allah yang Mahakuasa. Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa izin Allah, begitu pula apa yang kita alami.

Berserah diri juga membawa ketenangan ke dalam batin. Untuk apa memikirkan seseorang yang sudah pergi. Kita harus yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik. Apalagi jika kita memperbaiki ibadah, jodoh yang baik disiapkan oleh Allah.

Ketiga, fokus pada ibadah. Di bulan Ramadan ini kita lupakan cinta manusia yang tidak kekal. Harus kita sadari bahwa cinta abadi hanya datang dari Allah. Jika kita memaksimalkan ibadah, Allah pun mencintai kita.

Kalau bayangkan si dia selalu menghantui, ambil kitab suci Alquran. Bertadaruslah untuk melupakan si dia. Ingat pelajaran dari Rasulullah, dengan membaca Alquran hati menjadi tenang.

Daripada membuat takjil beracun, buatlah takjil untuk para musafir, mereka akan mendoakan. Kita tidak pernah tahu doa siapa yang bakal diijabah oleh Allah. Salah satu doa yang makbul adalah dari para musafir. Dengan cara demikian berkah dan rahmat Allah akan turun kepada kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun