Bulan suci Ramadan adalah saat paling tepat untuk mengajarkan ibadah pada anak-anak. Sesuai dengan perintah Allah dan rasul-nya, kita memperbanyak ibadah di bulan ini.
Selain itu, konsentrasi untuk beribadah jauh lebih baik di bulan Ramadan. Pada bulan-bulan yang lain, sebagian besar orang terlena oleh urusan duniawi. Manusia hanya memikirkan kebutuhan jasmani sehingga kebutuhan rohani terabaikan. Bulan Ramadan adalah waktu untuk menebus kekurangan itu.
Anak-anak biasanya belajar di sekolah hanya separuh waktu. Apalagi sekarang karena pandemi, sistem belajar daring membuat anak-anak harus terus belajar di rumah.
Memberikan pengajaran beribadah kepada anak-anak adalah tanggung jawab bersama antara suami dan istri. Tidak ada yang berat sebelah, saling mengisi dan bahu membahu.
Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengajarkan anak-anak beribadah. Antara lain:
1. Berikan keteladanan. Cara yang paling ampuh adalah menjadikan diri sendiri sebagai figur ideal anak-anak, seseorang yang patut dicontoh. Karena itu, tunjukkan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Begitu pula dalam beribadah, otomatis anak memperhatikan orangtuanya. Mereka adalah peniru yang baik terhadap figur terdekat. Kalau orangtua beribadah, mereka akan tergerak juga untuk beribadah.
Namun tentu saja tidak dengan hanya membiarkan melihat. Orangtua harus aktif mengajak anak-anak. Jika ayah pergi ke masjid, ajaklah supaya mereka mengenal dan mencintai masjid.
Kalau tidak ke masjid, ajak salat berjamaah di rumah. Kemudian dilanjutkan dengan bertadarus. Hal ini harus dilakukan dengan sabar dan telaten karena kemampuan setiap anak berbeda.
2. Beri reward. Anak-anak masih belum mengerti betul tentang pahala dan dosa. Bagi mereka itu adalah sesuatu yang abstrak. Karena itu kita memberikan reward yang nyata kepada mereka jika selalu beribadah.
Salah satunya adalah memberikan makanan kesukaan mereka. Misalnya, kalau selesai berhasil menyelesaikan tadarus, membawa mereka makan pizza di resto terdekat. Bisa juga memberi sejumlah uang bagi yang berhasil menghafal surat-surat pendek.
3. Bertahap. Jangan memaksakan ibadah secara paksa. Contohnya, seorang anak baru belajar berpuasa tahun ini. Tidak perlu memaksanya untuk langsung satu hari penuh.
Lakukan itu secara bertahap. Misalnya, minggu pertama puasa hanya setengah hari. Jam dua belas siang boleh makan dan minum, setelah itu lanjutkan berpuasa sampai Maghrib.
Minggu kedua tentu sudah terbiasa, maka ditambah waktu berpuasanya sampai jam dua siang. Minggu ketiga, ditambah lagi sampai jam empat. Nah minggu terakhir, beri motivasi untuk sampai adzan Maghrib.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H