Idealnya hidup bertetangga rukun damai sentosa, saling bantu membantu. Tetapi dalam kenyataannya, tidak semua orang beruntung mendapatkan tetangga yang baik. Bahkan jika sekeliling kita didominasi tetangga yang buruk, kita tidak akan merasa nyaman tinggal di situ.
Tetangga macam apa yang tidak menyenangkan? Ada teman mengeluhkan tetangga yang senang berhutang, tapi sulit ditagih. Ada juga yang mempunyai tetangga membakar sampah seenaknya hingga asapnya masuk ke rumah orang-orang di sekitar dia.
Belum lagi jika berada di lingkungan emak-emak yang julid. Rajin datang ke majelis taklim tidak mengurangi hobi bergosip. Masih mending kalau yang digosipkan adalah sinetron konyol di televisi. Paling parah adalah saling membicarakan tetangga lainnya.
Selama hampir lima tahun saya sudah tinggal di salah satu kampung di Citayam. Maksudnya mencari tempat sepi yang nyaman. Soalnya saya tipe orang yang butuh ketenangan untuk menulis. Saya lebih suka suasana yang sunyi senyap.
Ternyata di luar ekspektasi, tetangga saya rerata tidak berpendidikan. Kalau berperilaku baik sih gak masalah. Tetapi mereka cukup mengganggu ketentraman saya. Suasana sepi hanya menjadi bayangan belaka.
Tetangga sebelah kiri, punya tiga anak lelaki dan satu perempuan. Motor mereka adalah motor bodong, dengan bunyi meraung-raung dan asap tebal. Kalau menyalakan motor harus berulang kali sehingga benar-benar berisik.
Tetangga depan punya dua anak yang baru berusia 9 dan enam tahun. Yang kecil bandel dan cengeng. Mereka sering membuang sampah jajanan di halaman depan rumah saya.
Tetangga sebelah kanan begitu pula. Ibunya lebih banyak memperhatikan gadget ketimbang mengawasi anaknya. Kalau mereka iseng di halaman saya, malah dibiarkan.
Rumah saya tidak berpagar, sehingga anak-anak itu dengan seenaknya bermain di teras. Bayangkan betapa kesalnya jika sehabis dibersihkan, mereka main dengan kaki dan sandal becek. Sementara orang tua mereka tidak berusaha melarang.
Yah, mereka senang teras dan halaman bersih karena anak-anaknya bermain di tempat saya. Bahkan ada yang main layangan dari rumah saya. Sudah sering saya tegur, tetapi anak-anak itu kembali melakukannya karena orang tua mereka diam saja.
Sungguh memprihatinkan bahwa generasi yang lebih muda tidak memiliki etika dan sopan santun. Mereka bersikap seenaknya selama itu membuat mereka senang, tak mau tahu ada yang terganggu.