Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Kekasih, Salju Telah Memutih

28 Januari 2021   15:05 Diperbarui: 28 Januari 2021   15:14 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekasih, aku tahu salju telah memutih. Butiran-butirannya akan segera  memenuhi rerumputan, pepohonan, hutan dan pegunungan, bahkan juga di atap rumah kita. Tetapi aku yakin hatimu tetap hangat, karena api rindu yang terus menyengat.

Hasratku ingin datang mendekap tubuhmu dalam dingin yang menyergap. Menikmati desah nafasmu pada malam-malam yang panjang. Dan kita pun tak segan menembus batas senyap.

Ketika rinai hujan jatuh berderai di sepanjang hari, seiring dengan salju yang menyelimuti, jarak menjadi pembunuh abadi. Kau menanti, aku juga menanti, hari di mana semua ini akan berhenti. Sebuah pertemuan dari cinta sejati.

Satu hal yang harus kita pahami, dunia berhenti menyanyi ketika dilanda pandemi. Segala rencana tinggal terpatri. Satu demi satu ditanggalkan, disesuaikan dengan perkembangan zaman. Kemudian aku pun terpaksa menidurkan perjalanan.

Dalam sunyi aku menghidupkan ilusi, tentang kita dalam bahagia yang abadi. Menorehkan catatan hari demi hari, untuk rindu yang bersemayam di hati. Jangan kau semaikan ragu. Percayalah, waktu begitu cepat berlalu.

Derai air mata mungkin ada di sekitar kita. Mereka yang kehilangan cinta dalam waktu sekejap saja. Memutus harapan ketika jasad telah dikuburkan. Hidup lalu menjadi tidak seimbang, kala mereka kehilangan pasangan.

Namun engkau dan aku, haruslah tetap bersatu. Meski berkorban tanpa batasan waktu. Cinta selalu diuji dengan kesabaran yang tinggi. Kau menjaga diri, dan aku membatasi diri. Di ruang sunyi kita berbagi rindu dan imajinasi.

Kekasih, salju kian memutih, rindu ini semakin pedih. Meski senyum telah kau kirimkan ribuan kali. Aku tidak bisa mengelak untuk menghitung hari. Untaian doa melayang ke langit tertinggi, agar kita bertemu kembali.

Sungguh Tuhan hanya membutuhkan waktu sekejap. Kita jangan pernah berhenti berharap. Pandemi ini pasti akan lenyap. Yakinlah, penantianku tidak berbatas. Ini hanya sebuah mimpi buruk dalam kelamnya malam. Cintaku takkan padam.

Hadirkan aku dalam setiap ingatan. Di setiap tegukan kopi yang kau minum, atau butiran salju yang jatuh di halaman. Kehangatan itu adalah milik kita selamanya, sepanjang usia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun