Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

BIP, Pengganti WhatsApp dari Turki

13 Januari 2021   17:39 Diperbarui: 21 Januari 2021   20:51 21037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebijakan baru WhatsApp (dok.pri)

Mungkin ada yang sudah mengetahui tentang adanya perubahan kebijakan privasi dari WhatsApp. 

Semua data pengguna WhatsApp bisa digunakan oleh grup facebook untuk kepentingan komersial mereka. 

Kebijakan ini membuat banyak orang merasa resah, khawatir data pribadi akan menyebar tanpa diketahui dan dimanfaatkan untuk tujuan yang merugikan para pengguna. Pemerintah Turki mencermati hal ini, lalu menangguhkan kebijakan tersebut.

Kebijakan baru WhatsApp (dok.pri)
Kebijakan baru WhatsApp (dok.pri)
Karena itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengimbau warga Turki yang menggunakan WhatsApp untuk beralih ke aplikasi lokal buatan dalam negeri. 

Aplikasi itu bernama BIP, yang diciptakan oleh Turkcell, perusahaan jaringan selulur terbesar di Turki. Aplikasi ini berfungsi kurang lebh sama dengan WhatsApp, sebagai media untuk menyampaikan pesan.

Perintah Erdogan segera dilaksanakan oleh penduduk Turki. Dalam waktu 24 jam tercatat penambahan pengguna BIP sebanyak 1,12 juta. 

Hebatnya, yang donlot aplikasi ini bukan hanya orang Turki, tapi juga para penggemar Erdogan di seluruh dunia. Mereka mempertimbangkan keamanan data pribadi yang bisa bocor di WhatsApp. Berkat penambahan itu, sekarang pengguna BIP mencapai 53 juta orang.

BIP dibuat pada tahun 2013 oleh Turkcell, perusahaan telekomunikasi yang saham terbesarnya dimiliki pemerintah Turki. Aplikasi ini menawarkan layanan pesan, panggilan suara, video HD. 

Dalam fitur-fiturnya, ada opsi pesan yang bisa hilang sehingga memungkinkan pengguna untuk mengirim pesan dengan aman karena pesan tersebut dapat dihilangkan dari si penerima dalam waktu yang ditentukan oleh si pengirim.

Selain itu ada tombol darurat BIP yang memungkinkan kita bisa berbagi lokasi dan situasi dengan 10 orang yang telah ditentukan sebelumnya, baik melalui BIP atau SMS. 

Fitur darurat itu membuka akses ke ambulans, polisi, pemadam kebakaran dan lembaga penanganan darurat lainnya. Lebih dari 100.000 unggahan di twitter mengimbau rakyat Turki untuk mengganti aplikasi WhatsApp dengan BIP disertai tagar #deletingWhatsApp. Erdogan menilai bahwa WhatsApp adalah salah satu bentuk kolonialisme digital.

Perbedaan WhatsApp dengan BIP (dok.turkinesia)
Perbedaan WhatsApp dengan BIP (dok.turkinesia)
Erdogan pun meminta para wartawan Turki agar meninggalkan WhatsApp dan menggunakan aplikasi lokal. Selain BIP ada juga alternatif pengirim pesan lainnya. 

Misalnya Ileti, yang dibuat oleh perusahaan pertahanan terkemuka di Turki yaitu Havelsan. Ileti dirancang untuk komunikasi koorporate, dikembangkan dengan kriptografi kotak putih atau White Box Chryptography (WBC. Perangkat WBC melindungi data pribadi dari kemungkinan diambil pihak lain.

Namun ada juga yang beralih menjadi pengguna telegram. Aplikasi ini diciptakan oleh dua orang pemuda dari Inggris. Telegram memungkinkan untuk membuat grup dengan jumlah yang besar, jauh lebih banyak dari WhatsApp. Guru-guru menggunakan telegram untuk pembelajaran online.

Saya sendiri telah mendonlot dua aplikasi tersebut, BIP dan telegram. Sayangnya BIP belum dikenal luas di Indonesia. 

Saya baru bisa menggunakan aplikasi ini dengan teman-teman dari Turki. Sedangkan telegram, menunggu teman-teman penulis atau blogger yang biasa menggunakan aplikasi ini. Keduanya mudah digunakan, cara membuat akun bisa dipahami sebagaimana aplikasi lainnya.

[Sumber]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun