Siapa pun tidak menyangka bahwa tahun 2020 menjadi tahun yang sangat berat untuk dijalani. Apa yang telah direncanakan menjadi gagal total. Keadaan bisa berbalik 180 derajat, di luar bayangan kita semua.
Merebaknya virus Corona ke seluruh dunia telah melumpuhkan sendi-sendi kehidupan. Terutama pada bidang ekonomi, di mana banyak perusahaan yang tutup dan pengangguran merajalela. Ancaman kematian dari dua sisi, Covid 19 atau kelaparan.
Pandemi ini sangat meruntuhkan semangat. Korban-korban yang berjatuhan membuat kita merasa ketakutan. Kita berusaha bertahan hidup dengan segala kemampuan. Â Dari segi ekonomi, menguras tabungan dan mencari cara baru untuk mendapatkan uang. Sedangkan dari segi kesehatan, harus menerapkan 3 M dan sedapat mungkin tidak ke luar rumah.
Namun cobaan dari Allah bukan hanya itu  saja. Keluarga saya mengalami cobaan yang beruntun. Di saat kami mengetatkan pinggang, justru harus mengeluarkan uang.
Menjelang bulan suci Ramadan, ipar saya mengalami serangan stroke yang menyebabkan dia harus dirawat di rumah sakit. Beberapa rumah sakit menolak karena sudah penuh dengan pasien Covid 19. Kemudian kami membawanya ke RSUD Cibinong. Tetapi karena dia tidak memiliki BPJS, terpaksa menjadi pasien umum.
Pengeluaran tentu menjadi berlipat ganda. Bagaimana pun kami harus membantu pembiayaan dia. Baik itu untuk dokter, obat-obatan dan rawat inap. Untunglah kami masih memiliki tabungan yang bisa digunakan.
Bulan Ramadan kali ini penuh dengan keprihatinan. Kami puasa dan berbuka dengan sederhana. Sebelum ada kepastian perekonomian membaik, maka penghematan harus dilakukan agar tetap bisa makan.Â
Namun setelah hari raya Idul Fitri, belum ada tanda-tanda pandemi mereda. Bahkan pemerintah pusat dan daerah kembali mengetatkan peraturan agar tidak ada potensi kerumunan yang menyebabkan Covid 19 sulit diberantas.
Tak lama setelah itu, kakak perempuan saya jatuh sakit. Bukan karena virus Corona, melainkan karena kanker. Menurut hasil pemeriksaan dokter, harus menjalani beberapa operasi.Â
Sayangnya ada rencana untuk mengadakan perhelatan pernikahan putrinya yang kedua. Operasi pun ditunda demi resepsi pernikahan. Padahal tubuh kakak saya semakin lemah. Sungguh saya tidak mengerti keputusan ini.
Setelah resepsi, kakak saya semakin sakit. Tetapi istri dari anaknya juga menderita sakit. Dalam usia muda ia menderita penyakit jantung, infeksi paru-paru dan penyakit langka yang membuatnya tidak bisa memiliki anak. Selain itu, perutnya membesar seperti hamil padahal isinya air.
Waktu bergulir dengan cepat. Keluarga kakak saya tidak mengantisipasi dengan baik. Saya sangat menyesalkan hal ini. Di bulan Desember terpaksa dibawa ke RSCM, ternyata kanker payudara dan kanker kelenjar getah bening yang diidapnya telah mencapai stadium 4.Â
Pada saat yang nyaris bersamaan, menantunya juga dirawat di RSCM. Istri keponakan saya ini kemudian meninggal dunia setelah 4 hari dirawat. Di gedung RSCM yang lain, kakak saya masih berada di IGD.
Pemakaman istri keponakan berlangsung dengan penuh kesedihan. Kakak saya yang di RSCM tidak bisa mengiringi karena dia sendiri dalam keadaan kritis.Â
Sampai sekarang kondisi tubuh kakak saya semakin memburuk, kemungkinan hidup tinggal 30%. Saya hanya bisa mendoakan agar Allah SWT memberikan jalan yang terbaik untuk dia.Â
Tahun 2020 sungguh merupakan cobaan yang berat, butuh kekuatan iman untuk menerimanya. Satu hal yang harus dicamkan, semua itu sudah menjadi takdir dari Yang Maha Kuasa.
Harapan baru
Awal tahun baru dibuka dengan berita duka karena salah seorang kompasianer dan juga sahabat telah meninggal dunia. Pak Dian Kelana telah banyak berkontribusi bagi dunia literasi dan membantu teman-teman seprofesi.
Namun bukan berarti saya putus harapan. Saya tetap optimis menjalani tahun yang baru dengan harapan baru. Saya berharap resolusi tahun ini bisa terwujud dengan baik.
Pertama tentunya berharap agar pandemi Covid 19 segera berakhir, sehingga kehidupan berlangsung normal kembali. Adanya vaksin yang siap digunakan memperkuat harapan ini.
Kedua, saya ingin kembali ke tanah suci Mekkah dan Madinah. Telah puluhan tahun berlalu, saya rindu berada di rumah Allah SWT tersebut. Di sana saya merasakan ketenangan dan kedamaian yang tidak saya temukan di tempat lain.
Semoga Allah SWT memberikan jalan dan rezeki terbaik agar saya bisa mengunjungi Mekkah dan Madinah. Setidaknya sekali lagi sebelum kemudian menghadap Allah untuk selamanya.
Semoga semuanya bisa terwujud. Aamiin YRA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H