Pulau Bintan kalah populer dengan pulau Batam yang menjadi pusat industri. Padahal ibukota Kepulauan Riau adalah Tanjung Pinang, berada di pulau ini.
Dahulu memang kalau hendak ke pulau Bintan memang harus melalui Batam, karena tidak ada bandara komersil di sana. Tetapi dalam tujuh tahun terakhir sudah dibuka bandara yang semula milik TNI AU, yaitu Bandara Raja Ali Haji.
Kini sudah ada beberapa jenis pesawat yang datang dan pergi ke pulau itu langsung dari Jakarta. Alternatif lain adalah dengan menggunakan kapal laut milik Pelni yang berangkat dari Tanjung Priok.
Saya sering ke pulau Bintan karena ada kakak pertama dan keluarganya yang tinggal di sana. Ia tinggal di sebuah kampung yang mayoritas penduduknya berasal dari pulau Jawa.
Namun jarang orang Indonesia yang mengenal pulau Bintan. Padahal pulau ini juga memiliki keindahan tersembunyi. Justru pulau Bintan lebih dikenal oleh orang Malaysia dan Singapura.
Bagi orang Singapura, pulau Bintan adalah surga. Di pulau ini mereka melepas lelah dan penat karena pekerjaan. Biasanya mereka bertandang ke pulau Bintan pada akhir minggu atau wiken.
Kalau yang mau berlibur dengan fasilitas lengkap, maka mereka akan pergi ke pantai Lagoi, sebuah resort paling terkenal di pulau Bintan. Untuk masuk ke kawasan itu, kita harus merogoh kocek lebih dari 100 k.
Favorit saya untuk menikmati matahari terbenam atau sunset justru di kota Tanjung Pinang itu sendiri. Karena matahari tepat jatuh ke pulau Penyengat, yang berhadapan langsung dengan tepi pantai Tanjung Pinang. Pulau Penyengat terkenal dengan makam Raja Ali Haji.
Setiap hari, menjelang matahari terbenam, banyak yang bersantai di sini, terutama anak-anak muda dan pasangan. Memang sunset memberikan suasana romantis dan syahdu bagi mereka.
Banyak spot untuk melihat sunset ini. Sepanjang tepi laut ada taman yang dibangun oleh Pemda. Misalnya dari tugu Pensil hingga tugu perjuangan dan Mercu suar.