Padamnya listrik yang sangat lama menimbulkan keluh kesah dimana-mana. Terutama kelompok emak-emak yang aktivitas rumah tangganya bergantung dengan listrik.
Banyak pekerjaan terbengkalai, cucian, seterika baju, bebersih rumah dan sebagainya. Saya sendiri yang berniat menyetrika tumpukan pakaian selama sebulan, akhirnya pasrah saja.
Bagi saya yang penting tidak kehabisan air bersih, yang didapat dari jet pump. Tanpa listrik, tentu tidak berfungsi. Untunglah saya selalu mengisi bak penuh dengan air, sehingga tidak kerepotan ketika buang air.
Listrik padam tidak membuat panik, justru memberi kesempatan saya untuk istirahat setelah dua hari tidak tidur karena mengurus kegiatan di TMII. Hari pertama saya gunakan untuk banyak tidur. Saya bisa tidur dengan nyenyak.
Pada hari Minggu listrik mati sekitar jam 12 siang dan menyala menjelang Maghrib. Saya sudah bersyukur karena telah menyala sedangkan daerah lain masih gelap. Saya segera mengisi air, mengecas hape, dan akhirnya bisa ngopi setelah dispenser menghasilkan air panas.
Untuk mencari tahu penyebab padamnya listrik, saya membaca berita-berita dari media online dan juga televisi. Saya baru tahu ternyata yang mengalami pemadaman mencakup seluruh pulau Jawa. Luar biasa.
Listrik tetap menyala hingga pagi. Saya memantau berita-berita. Rupanya ada giliran pemadaman lagi. Maka saya stok air dan kembali mengecas hape. Saya memberi tahu tetangga untuk melakukan hal yang sama.
Anak-anak bermain di halaman, ada yang main mobil-mobilan, ada yang petak umpet, dan kejar-kejaran. Bahkan ada anak tetangga yang bermain di teras rumah saya.
Untung ada yang memiliki permainan congklak, dikeluarkan untuk bermain bersama. Ada pula yang mengeluarkan simpanan kembang api, dan menyalakan di halaman.
Saya hanya menonton dari balik jendela melihat keramaian di luar. Soalnya saya lebih suka membaca. Banyak buku yang bisa dibaca sambil minum kopi yang telah diseduh sebelum listrik padam.