Salah seorang anak muda berprestasi adalah Nadiem Makarim. Ia sosok pendirik Go-jek, yang telah menggebrak dunia transportasi di Indonesia. Walau sempat menjadi kontroversial, Gojek adalah ojek online pertama yang ada di negeri ini, telah membuka lapangan kerja bagi ribuan orang.
Pemuda dari kelompok milenial ini pantas diajukan menjadi kandidat menteri pada kabinet mendatang. Dia bersinar bagaikan bintang timur, yang memberi inspirasi bagi generasi muda.
Dalam kurun waktu singkat, hanya beberapa tahun, ia menjadi tonggak kejayaan usaha start up yang menggunakan teknologi canggih dan sistem internet. Â Kemauan dan kerja keras membuat Nadiem Makarim tidak pernah berhenti berinovasi.
Meski sekarang sudah ada saingan yang mengikuti jejaknya, hal itu justru memacu Nadiem untuk mencari ide ide baru dan segar untuk Gojek. Lihat saja, Gojek selalu memberikan layanan yang paling lengkap, dari sesuatu yang tidak terpikirkan sebelumnya oleh orang lain.
Tak heran jika kemudian Gojek mampu memberikan kontribusi sebesar 9,9 triliun Rupiah untuk perekonomian Indonesia. Data ini dikeluarkan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI).
Pencapaian prestasi itu mengangkat Gojek menjadi Decacorn. Gojek menjadi acuan perusahaan start up lainnya yang kini banyak dikembangkan oleh kaum milenial.
Indonesia butuh seseorang seperti Nadiem Makarim, entrepreneur yang mendobrak kemapanan dengan ide ide brilian. Anak anak muda seperti dia yang mampu membawa kemajuan bagi bangsa dan negara.
Karena itu sangat tepat jika Presiden Jokowi merekrut Nadiem Makarim menjadi salah satu menteri dalam kabinet mendatang. Jabatan menko perekonomian cocok bagi pemuda ini.Â
Siapakah Nadiem Makarim?
Nadiem Makarim baru berusia 35 tahun, merupakan putra dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri. Ayah Nadiem adalah seorang aktivis dan pengacara keturunan MInang-Arab, sedangkan ibunya penulis lepas, putri dari salah seorang pahlawan perintis kemerdekaan.
Meski berpindah pindah antara Jakarta Singapura, Nadiem menyelesaikan pendidikannya dengan baik. Lulus dari SLA di Singapura, ia melanjutkan ke Brown University Amerika Serikat jurusan International Relations, kemudian mengambil gelar Master of Business Administration di Harvard Business School.