Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

"Playing Victim" Ala Amerika Serikat dan Sekutu di Teluk

17 Juni 2019   13:25 Diperbarui: 17 Juni 2019   13:30 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Insiden serangan yang menimpa dua kapal tanker di kawasan teluk telah menjadi bagian dari propaganda Amerika Serikat dan sekutunya. Dua kapal itu adalah Kokuka Courageous milik perusahaan Jepang dan kapal Front Alfair milik Norwegia. Insiden tersebut terjadi pada tanggal 13 Juni yang lalu.

Amerika Serikat langsung melancarkan tuduhan pada Iran sebagai pelaku dari serangan tersebut. Gedung Putih menyatakan bahwa kapal kapal itu diserang rudal dan ranjau yang sengaja dipasang oleh Iran. Menurut pemerintahan Trump, Iran telah lama memasang ranjau di kawasan teluk.

Herannya, Amerika Serikat melontarkan tuduhan itu tidak lama setelah serangan terjadi. Secara logika, bagaimana Paman Sam bisa memastikan bahwa yang melakukan serangan adalah Iran?  Sedangkan belum ada penyelidikan yang dilakukan oleh pihak manapun dalam waktu sesingkat itu.

Iran tentu saja membantah tuduhan tersebut. Apalagi ketika serangan terjadi pemerintah Iran sedang menerima kedatangan Perdana Menteri Jepang. Iran tidak mungkin menyerang negara yang memberikan dukungan terhadap negaranya dalam persoalan kesepakatan nuklir.

Pengeroyokan terhadap Iran

Tidak lama setelah Amerika Serikat melontarkan tuduhan, hal senada yang dilakukan oleh negara negara sekutu. Saudi Arabia dengan gencar menyebarkan berita bahwa Iran telah kurang ajar menyerang kapal kapal tanker yang tengah berada di Teluk Oman.

Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengatakan kepada harian Arab, Ashar Al Aursat bahwa rezim Iran tidak menghormati kehadiran PM Jepang selama menjadi tamu di Teheran dengan menyerang kapal kapal tanker, yang salah satunya milik Jepang.

Menurut Pangeran Mohammed bin Salman, mereka tidak akan ragu menangani ancaman apapun terhadap rakyat Arab Saudi dan sekitarnya, kedaulatan wilayah mereka dan kepentingan vital yang mereka pertahankan. Arab Saudi akan mengamankan selat Hormuz dari serangan Iran.

Selain itu, Inggris juga langsung menuduh Iran. Menteri Luar Negeri Inggris, Jeremy Font menyalahkan Iran atas insiden tersebut. Pemerintah Inggris menganggap bahwa Iran ada di belakang serangan tersebut.

Tetapi pemimpin opisisi Inggris, Jeremy Corbyn mempertanyakan apakah pemerintah Inggris memiliki bukti atas tuduhan itu. Bagi Corbyn, tanpa bukti yang dapat dipercaya, tuduhan pemerintah Inggris hanya retorika untuk meningkatkan ancaman perang di kawasan Teluk.

Playing Victim

Amerika Serikat dan sekutunya sedang menggunakan pola intelejen "playing victim". Pola yang memang menjadi ciri khas CIA dan rekanannya.  Misalnya kasus pembunuhan agen ganda di Inggris, di mana Amerika Serikat dan Sekutu menuduh Rusia yang membunuh agen ganda tersebut.

Pola yang sama juga dilakukan Amerika Serikat beberapa waktu yang lalu. Negara adidaya ini menuduh Iran akan menyerang base camp Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah. Begitu pula dengan Arab Saudi yang mengatakan bahwa Iran berniat untuk menyerang kerajaan tersebut.

Faktanya, Amerika Serikat telah menempatkan kapal induk dengan peralatan perang yang lengkap di kawasan Teluk. Kapal ini dilengkapi dengan berbagai macam rudal dan senjata mutakhir lainnya. Marinir Amerika Serikat siaga 24 jam dalam keadaan siap perang.

Selain itu, pasukan Amerika Serikat, Israel dan Arab Saudi telah menempati pangkalan pangkalan yang telah disiapkan sejak tahun lalu. Jumlah pasukan selalu bertambah, dengan persenjataan yang lengkap. Mereka siap menyerang Iran kapan saja.

Amerika Serikat hanya sedang menyiapkan 'dalil' atau alasan yang kuat untuk segera menyerang Iran. Karena Iran sangat hati hati, maka Amerika Serikat mencari cara dan celah agar sekutu mendapatkan alasan tersebut. Termasuk melancarakan tuduhan penyerangan terhadap kapal tanker.

Dalam hal ini PBB berusaha menengahi dengan menyatakan bahwa insiden itu perlu diselidiki terlebih dahulu. Sekjend PBB, Antonio Guterres menegaskan bahwa sangat penting untuk mengetahui kebenaran dan siapa yang bertanggung jawab, dengan membentuk tim investigasi independen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun