Playing Victim
Amerika Serikat dan sekutunya sedang menggunakan pola intelejen "playing victim". Pola yang memang menjadi ciri khas CIA dan rekanannya. Â Misalnya kasus pembunuhan agen ganda di Inggris, di mana Amerika Serikat dan Sekutu menuduh Rusia yang membunuh agen ganda tersebut.
Pola yang sama juga dilakukan Amerika Serikat beberapa waktu yang lalu. Negara adidaya ini menuduh Iran akan menyerang base camp Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah. Begitu pula dengan Arab Saudi yang mengatakan bahwa Iran berniat untuk menyerang kerajaan tersebut.
Faktanya, Amerika Serikat telah menempatkan kapal induk dengan peralatan perang yang lengkap di kawasan Teluk. Kapal ini dilengkapi dengan berbagai macam rudal dan senjata mutakhir lainnya. Marinir Amerika Serikat siaga 24 jam dalam keadaan siap perang.
Selain itu, pasukan Amerika Serikat, Israel dan Arab Saudi telah menempati pangkalan pangkalan yang telah disiapkan sejak tahun lalu. Jumlah pasukan selalu bertambah, dengan persenjataan yang lengkap. Mereka siap menyerang Iran kapan saja.
Amerika Serikat hanya sedang menyiapkan 'dalil' atau alasan yang kuat untuk segera menyerang Iran. Karena Iran sangat hati hati, maka Amerika Serikat mencari cara dan celah agar sekutu mendapatkan alasan tersebut. Termasuk melancarakan tuduhan penyerangan terhadap kapal tanker.
Dalam hal ini PBB berusaha menengahi dengan menyatakan bahwa insiden itu perlu diselidiki terlebih dahulu. Sekjend PBB, Antonio Guterres menegaskan bahwa sangat penting untuk mengetahui kebenaran dan siapa yang bertanggung jawab, dengan membentuk tim investigasi independen.