Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Setya Novanto, Gayus Tambunan, dan Eksistensi Mafia Lapas

16 Juni 2019   13:30 Diperbarui: 16 Juni 2019   13:32 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedangkan kalau penyakit Setya Novanto bukan penyakit berat, bukankah bisa didatangkan dokter khusus ke dalam lapas? Bahkan biayanya jauh lebih murah daripada ke rumah sakit. Biaya ringan yang sangat mampu ditanggulangi Setya Novanto yang memiliki 'hotel' di lapas.

Di sisi lain, indikasi keterlibatan kepala lapas dapat dilihat pula dari perubahan bentuk sel Setya Novanto. Pada kunjungan Mata Najwa tahun lalu, sel ini masih tampak sederhana. Kalau sekarang berubah total, tentu dengan izin dan sepengetahuan kepala lapas. Dia kecipratan 'upeti'.

Tidak Kapok

Padahal, kepala lapas Sukamiskin yang sebelumnya, Wahid Husein telah dicokok oleh KPK. Kenapa kepala lapas berikutnya ini, Tejo Herwanto tidak mau berhati hati agar tidak mengulangi perbuatan Wahid Husein. Ah, inilah memang kehidupan mafia lapas.

Ada dua alasan utama mengapa hal ini bisa terjadi. Pertama, godaan uang dalam jumlah besar. Setya Novanto tahanan koruptor yang masih memiliki kekayaan berlimpah meski sudah masuk penjara. Asetnya ada di mana mana, termasuk beberapa properti di Amerika Serikat.

Bagi Setya Novanto, memberi 'uang jajan' kepada petugas lapas hanyalah mengeluarkan uang recehan. Sedangkan bagi petugas lapas, uang itu sudah membuat mata dan hati menjadi hijau, cukup untuk memberi kehidupan mewah bagi keluarganya.

Kepala lapas tidak perlu bersusah payah bekerja keras, cukup melayani seorang Setya Novanto, maka kran rejeki akan mengalir terus. Tidak perlu ada THR dan gaji ke 13, mereka makmur sepanjang tahun. Karena itulah jaringan mafia lapas akan selalu menghidupkan bisnis semacam ini.

Alasan kedua, mungkin kepala lapas Sukamiskin yang sekarang berpikir bahwa tindakannya akan aman. Sebab, jika kepala lapas yang  kemarin sudah dipenjara KPK, tentu tidak akan ada sidak KPK dalam waktu dekat, dianggap tidak mungkin melakukan sesuatu yang melanggar hukum.

Tetapi Tuhan Yang Maha Mengetahui mempunyai rencana yang lebih baik. Setya Novanto ketahuan berada di luar lapas dan bukan pula di Rumah Sakit, melainkan di sebuah toko di kawasan Padalarang. Aih, agaknya kepala lapas suka menafikan penglihatan Tuhan.

Kita harus mengingat pola organisasi sebuah mafia. Jika ada pimpinannya tertangkap atau tewas karena musuh, maka orang terkuat di bawahnya akan naik menjadi pemimpin. Mereka bukan orang bersih, melainkan adalah perangkat mafia yang saling mendukung. Inilah mengapa mafia lapas sulit diberantas.

Di luar negeri, jika ada kasus seperti ini, pejabat terkait akan mengundurkan diri. Misalnya menteri yang menaungi kembaga tersebut. Dalam hal ini adalah Menteri Hukum dan HAM. Sayangnya di negeri ini tidak ada lagi rasa malu, sehingga mereka anteng dengan posisinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun